Topik: Kencan Tak Terlupakan
Wow! Berbagai hal bisa terjadi dalam acara kencan, ada yang langsung jadian sehabis kencan, ada yang merasa lebih cocok jadi teman, atau malah ada yang jadi ill-feel. Yuk, bagi ceritamu tentang Kencan Tak Terlupakan. Bisa cerita-cerita romantis, kocak, atau bahkan memalukan. Dan bisa saja cerita kencanmu bisa jadi inspirasi buat teman-teman lain.
Deadline: 31 Agustus 2007
Terima kasih pada Mae atas idenya.
Entah ini kencan atau tidak, tapi yang pasti sangat tidak terlupakan.
Kejadiannya sewaktu aku masih mengontrak kamar di daerah belakang tempatku bekerja. Setelah beberapa hari tidak berjumpa karena kembali ke keluarga masing-masing, maka malam itu kekasih akan menginap di tempatku. Wuiiih, sudah terbayang malam panjang yang akan kami miliki.
Tiba di kamar, tanpa membuang waktu, kami pun segera membasuh diri dan bersiap-siap menikmati malam kami. Tapi baru kami hendak membaringkan badan, tiba-tiba pintu kamar diketuk. Ketika kubuka, rupanya sahabat kami yang tinggal di pintu sebelah. Dia bercerita bahwa ia baru saja mendapat mimpi buruk setelah sore tadi tanpa sengaja tangannya memindahkan saluran TV ke sebuah tayangan mistis. Dengan wajah yang masih pucat, ia memohon untuk diperbolehkan tidur di kamar kami malam ini saja.
Well, ia memang tidak tahu hubunganku sesungguhnya dengan kekasih. Ia pikir kamu hanya sepasang sahabat dekat yang sering saling menginap. Akhirnya malam itu tidurlah kami bertiga. Repotnya lagi, ia memilih tidur di tengah-tengah antara aku dan kekasih, masih dengan alasan akibat sang tayangan mistis tadi.
Memang malam itu menjadi malam panjang bagi kami berdua, tapi bukan karena "kesibukan" kami, melainkan karena tidak bisa tidur membayangkan apa yang mestinya telah kami lakukan. Sampai saat ini kami berdua masih terkikik-kikik mengingat kejadian itu.
(Mae)
Langit gelap membiru, mentari baru saja tenggelam, si dia baru saja menjemputku. Kami meninggalkan bandara Soekarno Hatta. Aku bertanya ini dan itu, sedang berada di mana saat kendaraan yang dia kemudikan meluncur… “Oh ada diiii sebentar…” Dia celingak-celinguk mencari nama lokasi.
“Wah kalau baca aku juga tau…” Kami berdua tertawa lepas.
Semua masih terasa kaku. Saat pertama kali melihatnya yang terpikir… biasa aja anaknya, tinggi, hidungnya bagus, keliatan orang rumahan, anak mami. Jangan-jangan nyeberang jalan juga masih dipegangi ibunya.
“ Kamu kedinginan?” katanya tiba-tiba
“Ngga,” jawabku kaku
Aku pikir itu undangan agar dia bisa menyentuh jemari, aku sodorkan saja… Piuhhh telapak tangannya yang lembut menggenggam dengan hangat. Aku diam saja sambil menikmati aliran listrik. Masih bingung harus bagaimana.
“Bisa nyari hotel ngga?” tanyaku.
“Hah, hotel? Buat apa, kan nginapnya di rumah…” Ia kaget.
“Ngga mungkin kulakukan di dekat-dekat sini deh pasti kotor,” kataku lagi.
“Maksudnya?” Dia melotot bengong.
“ Aku pengen pipis dan ngga mau di SPBU atau tempat umum lain, ngga bersih…”
“Ohhhhhhh…”
(kekekeke pasti dia ngeres mikir mau kencan di hotel, padahal super kebelet…)
Dia berhenti di parkiran, aku bergegas turun, usai mencuci kedua tangan aku masuk ke mobil… di sana di bawah sinar rembulan, di bawah pohon palem halaman hotel kami berciuman bibir lama sekali…
(Ade Rain )
Kalau sekarang ada yang bilang don't shit in your rice bowl saya akan mengamini. Amiiin, setujuuu. Peristiwa ini terjadi lima tahun yang lalu, tapi rasanya baru kemarin. Saat itu saya masih seorang karyawan baru di tim marketing yang dipimpin oleh manajer yang sangat workoholic. Saya nggak pernah menduga bahwa saya jatuh hati dengan salah satu teman di tim. Ternyata cinta saya nggak bertepuk sebelah tangan. Hebat bukan? Nggak perlu jauh-jauh mencari di mana-mana, ternyata ada lesbian di tim kerja saya. Namanya Mayla.
Kencan pertama kami di sebuah restoran dekat dengan kantor saya. Maklum, saya orangnya serba praktis, lagian jam kerja kami yang panjang sungguh melelahkan jika kami mencari-cari restoran lagi. Langsung saja kami menuju restoran itu setelah jam kantor.
Barusan memilih menu dan menikmati obrolan mesra kami, tahu-tahu terdengar suara yang sangat familiar. "Wah, di sini juga ya? Sekalian gabung aja. Kebetulan saya mau diskusi tentang berita baru yang harus di-follow up." Saya menoleh kaget. Ya ampuuuun, bos saya yang kebetulan memimpin tim kami berdua tampak berdiri bersama asisten manajer dan seorang teman kerja lainnya. Terpaksa dengan wajah ditekuk seratus, kami harus rela pindah ke meja yang lebih luas. Kencan itu berakhir dengan gagal total. Tidak ada aura romantis sama sekali. Disatroni bos, diajak diskusi, malah ditanya ini itu tentang urusan pekerjaan membuyarkan efek kemesraan kami. Hubunganku dengan Mayla memang nggak pernah berakhir sebagai pasangan kekasih, tapi persahabatan kami sangat erat sampai saat ini.
(Black Rose)
Ini cerita kencan dengan salah satu mantanku. Waktu itu doi masih kuliah di daerah Depok. Suatu ketika doi mengajakku ke kampusnya dengan naik kereta api jurusan Kota-Depok karena aku tidak pernah naik kereta api. Ciee, maksudnya biar romantis gitu.... Sehabis urusan kuliah selesai, dia mengajakku pulang naik kereta tapi tidak langsung pulang ke Kota, tapi berhenti di daerah Cikini, ke plasa entah apa aku lupa namanya, lanjut berjalan-jalan di TIM dan makan siang di sana. Dan kami baru pulang menjelang sore. Pulangnya kami naik Metromini ke arah Senen, yang dilanjutkan naik mikrolet jurusan Kota dan berpisah ketika aku harus turun lebih dulu, sementara mikrolet yang membawa si mantan terus sampai terminal. Kencan itu kami beri judul, Cinta Bersemi di Angkutan Umum.... :)
(Alex)
Saya pernah berkencan dengan cewek yang berakhir dengan tragis. Bukan karena kami nggak bisa “jadian” tapi karena aku harus merogoh kocek gila-gilaan. Jalanan rumahnya yang gelap gulita membuat mobilku ditabrak bajaj sampai penyok habis! Anehnya, bajajnya sendiri nggak apa-apa, tapi mobilku penuh baret dan bodinya melesak. Itu bajaj atau panser, entahlah aku nggak tahu. Untung tidak terjadi keributan yang berlebihan. Akhirnya selama dua minggu selanjutnya, aku harus ke kantor dengan taksi dan busway karena mobilku berada di bengkel untuk diperbaiki. Benar-benar kencan termahal yang pernah kujalani! Sialnya, aku dan dia nggak berpacaran karena chemistry kami nggak cocok satu sama lain.
(Dea)
Kenalannya memang di dunia maya. Setelah beberapa kali email, tukeran nomor telepon, SMS, dan akhirnya ngobrol di telepon, kami memutuskan untuk copy darat. Pertemuan yang berlangsung lumayan berkesan. Aku menyiapkan diri sebaik-baiknya. Beli celana baru, kemeja baru. Sambil shopping tiba-tiba tertarik dengan dompet, akhirnya beli dompet baru juga.
Pertemuan itu terjadi di restoran. Kami saling menikmati makan malam kami. Setelah makan malam berakhir, kupanggil pelayan dengan penuh percaya diri meminta bon. Bon pun tiba dan aku merogoh celana. Ya ampun, di mana dompetku? Ternyata karena dompet baru, nggak sengaja ketinggalan kantung celana yang lama. Dengan terbata-bata kujelaskan keadaanku dengan si dia. Wajah si dia terlihat kesal seketika. Dengan setengah keberatan, dia merogoh tasnya. Dengan percaya diri dia menyodorkan kartu kredit kepada pelayan yang disambut dengan “Maaf Bu, mesin kartu kreditnya lagi rusak. Nggak bisa on line. Kami hanya menerima cash.” Wajahnya perlahan-lahan memucat karena dia tidak memiliki uang tunai sebesar jumlah yang tertera di bon.
Si dia memutuskan berjalan kaki menyeberang jalan, untuk datang ke ATM untuk mengambil uang tunai. Sebenarnya aku keberatan karena takut apa yang terjadi seandainya dia memutuskan kabur dari restoran. Bisa-bisa aku harus mencuci piring dan menggosok kakus. Tapi akhirnya aku tidak dapat menolak karena itu adalah satu-satunya jalan keluar. Dengan terpaksa kuizinkan dia pergi meninggalkan restoran. Untung saja si dia tidak perlu lama-lama meninggalkanku. Dia tiba dengan wajah sumringah dan senyum lebar. Aku menghela napas lega. Sekarang kami telah bersama-sama lebih dari 2 tahun, dan kenangan akan kencan itu benar-benar tidak terlupakan.
(Neill)