Saturday, December 6, 2008

Topik: My Beloved Mother

Say It Out Loud December 2008

Ibu... ingat kenangan purba itu, saat duduk di pangkuannya? Ingat bau tubuhnya, saat kulit berlekatan dengan kulitnya? Ingat rasa aman itu, saat berdekatan dengan hatinya? Mari kita rayakan hari ibu dengan sukacita! Walau ibu kita masih tertatih-tatih dan tergagap-gagap untuk mengerti rasa dan makna mencintai sesama perempuan, kita maafkan kelemahannya itu. Sebab hanya dengan keikhlasan, jalan hidup kita akan lebih lapang terbentang; doa ibu akan selalu bersama kita. Siapa yang mencintai ibunya, coretkan syair dan puisi cintamu di sini; mari berbagi cinta bersama-sama! Semoga kita dilindungi oleh cinta para ibu dari seluruh dunia!

Deadline: 31 Desember 2008

Kirimkan ke jejak_artemis@yahoo.co.id dan alex58id@yahoo.com

Sebagai anak sulung di keluarga, aku adalah anak yang bisa dibilang dekat dengan ibuku. Kedekatan ini terjadi karena sifat, perilaku, dan pembawaan keseharian ayah yang tidak bersahabat dengan kami, anak dan istrinya. Setiap kali ayah memarahi ibu dengan alasan yang tidak saya mengerti (untuk ukuran anak kecil pada waktu itu), air mata saya jatuh berhamburan. Sejak itu selalu timbul gejolak amarah yg hanya bisa saya pendam di dada; amarah terhadap kekejian dan kekejaman perilaku ayah kepada ibu.

Tetapi, ibu memang segalanya buat saya! Dia tetap tegar dengan semua cobaan dan ujian yang diterima. Ibu jalani semuanya; kepahitan dijadikan pegangan hidupnya. Semua itu dilakukannya karena dia tidak ingin ayah pergi dari rumah dan membawa serta saya dan adik-adik saya. Ibu telah berkorban banyak untuk kami. Selama ayah masih hidup, saya dan adik-adik diharuskan bersikap sempurna agar tidak ada alasan untuk ayah marah marah dan melemparkan kesalahannya kepada ibu.

Sangat berat memang menjalani semua kenyataan ini. Tapi semuanya sudah kami lewati. Hanya satu yang belum saya lakukan yaitu memberitahu ibu tentang preferensi seksual saya. Mungkin suatu hari nanti. Yang saya inginkan adalah menyampaikan kepada ibu bahwa saya akan baik-baik saja menjalani hidup di hari tua dengan kenyataan bahwa saya lesbian. Bunda, I can manage myself, please, trust me. I love you very much, Mom.
(Ranni)

Mama, aku selalu mencintaimu. Tidak ada kata lain. Maafkan kalau aku seringkali menyakiti hatimu. You are the best woman in the whole wide world. Bahkan pasanganku takkan dapat menyaingi kehebatan dirimu yang luar biasa. Aku tidak akan menikah seperti kataku padamu, tapi aku akan selalu berada di sebelahmu, mengurusmu jika kau sakit, dan mendampingimu sampai kau tua. Kalau Allah mengambilmu duluan, Insyallah aku akan menjadi orang terakhir yang kau lihat sebelum menutup mata. Yakinkan itu.
(Red Tomato)

Waktu kecil sebenarnya aku lebih dekat ke Papi daripada Mami. Tapi waktu aku ada masalah, ternyata mamiku yang lebih tabah menemaniku menyelesaikan masalah daripada Papi. Itulah ibu, dalam kondisi apa pun beliau yang akan lebih tabah menerima kondisi anak-anaknya daripada orang lain. Termasuk ketika beliau mulai sadar aku lesbian, beliau tidak marah, dan sama sekali tidak men-judge aku. Beliau hanya memberi satu nasihat: “Grey, kalau kamu memang tidak mau menikah, jangan memaksakan diri.”

Tapi yang pasti dengan penerimaan beliau, aku lebih tenang dalam menjalani hidupku. Oh yah satu lagi, sejak aku tahu beliau satu-satunya orang yang bisa aku percaya, sosok Mami menjadi segalanya buat aku.
(Grey)

Sunday, November 2, 2008

Topik: Pahlawanku

Say It Out Loud November 2008

Kita merayakan hari Pahlawan pada tanggal 10 November. Pahlawan tidak selalu mereka yang gugur di medan perang. Dia bisa saja orang yang ada di dekat kita atau orang yang sama sekali tidak kita kenal. Sebagai lesbian, kamu pasti punya tokoh panutan atau pahlawan tanpa tanda jasa yang ada dalam benakmu. Orang-orang biasa yang kita temui sehari-hari. Orang-orang yang keberadaannya kamu anggap sebagai penyelamatmu. Atau orang-orang yang menurutmu dengan keberadaannya bisa mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Tunggu apa lagi? Ayo, bagi ceritamu tentang orang-orang yang kauanggap pahlawan.

Deadline: 31 Oktober 2008

Kirimkan tulisanmu ke alex58id@yahoo.com dan jejak_artemis@yahoo.co.id

Kakakku itu pahlawanku. Pahlawan yang selalu berhasil bikin aku iri dan kesal, sekaligus kagum setengah mati. Kakak perempuan itu cantik sekali, baik hati pula. Otaknya juga encer. Duh, idaman orangtua banget deh!
Aku mulai menjadikan dia pahlawanku sejak aku menyadari betapa baiknya dia padaku. Dia rela masuk angin karena menukar sepatu boots miliknya dengan punyaku yang sudah bolong saat hujan deras. Dia rela berjalan kaki karena sudah tidak punya uang, hanya untuk membelikanku permen lolipop, supaya aku senang katanya. Dia rela berbohong dan menyembunyikan semuanya pada orangtuaku, supaya aku bisa nge-date sama pasanganku.
Terlebih, ketika dia menerima aku, adiknya yang sudah membuat dia shock dan kecewa, dengan apa adanya, saat aku tidak tahu harus ke mana.
(Lonelittle)

Pahlawanku adalah ibu. Tidak ada yang bisa mengalahkan cinta ibu kepadaku. Beliau yang membesarkanku dengan penuh cinta dan menjagaku dari segalanya. Cara ibu mempertahankan pernikahannya dengan papa juga hebat. Dulu aku mengharap mereka bercerai saja, tapi semakin lama, aku malah ingin mereka terus bersatu. Dan atas usaha ibu yang paling keras (menurutku), aku tetap memiliki keluarga lengkap. Sementara aku? Mempertahankan hubungan setahun dengan partner aja susah. Pokoknya ibuku adalah my hero.
(Chloe)

Saturday, October 4, 2008

Topik: Dongeng Kesembuhanku

Say It Out Loud Oktober 2008

Kalau lesbianisme adalah penyakit, sebutkan nama virus dan apa vaksinnya. Kalau lesbianisme adalah penyakit, sebutkan dokter spesialis dan obat-obatannya yang tokcer. Biarpun telah dikatakan homoseksual bukanlah suatu penyakit (kronis maupun menular), tetap saja masih ada yang ingin "sembuh". Yuk ceritain kisah tentang usaha, niat, serta kerja keras untuk mencoba "sembuh" dari kelesbianannya dan pastinya berakhir dengan "kegagalan" total. Cerita yang berakhir dengan penerimaan diri dan perdamaian hati terhadap jiwa lesbian yang bercokol dalam diri. Mungkin ceritamu dapat memberikan inspirasi bagi teman-teman yang lain. Mari saling berbagi dan membantu...

Deadline: 31 Oktober 2008

Kirimkan tulisanmu ke alex58id@yahoo.com dan jejak_artemis@yahoo.co.id


Jilbab, oh jilbabku, aku mengenakan jilbab. Kupikir dengan mengenakan jilbab, aku dapat menghalau ketertarikanku terhadap kaum sejenis. Jilbabku suci, sehingga pikiranku akan menjadi suci juga. Kututup kepalaku, telingaku, dan kuluruskan mataku dengan jilbab. Lima tahun kukenakan jilbab. Ternyata bukan salah busanaku, akulah yang salah menilai hatiku.
Aku masih mengenakan jilbab sampai sekarang, tapi sekarang tujuannya bukan untuk menyembuhkan orientasi seksualku. Aku pakai jilbab karena cintaku kepada Allah, dan cintaku kepada tubuh serta hatiku, yang kini telah menerima dan berdamai dengan diriku.

"Aku ini lesbian."
(ayu_66)


Semasa sekolah menengah, aku sudah menyadari diriku lesbian. Tapi aku selalu merasa bersalah dan berdosa. Untuk mengurangi perasaan bersalahku, aku sangat aktif dalam seksi rohani OSIS-ku. Nilai pelajaran agamaku nyaris sempurna, tiap minggu aku ke tempat ibadah. Aku mati-matian berdoa kepada Tuhan agar Dia menjauhkanku dari perempuan dan menghentikan perasaan tertarikku kepada sesama jenis. Aku memohon sampai menangis agar Tuhan memberikan petunjuk siapa yang akan mencintai dan dicintaiku.

Setelah setahun, aku bertemu dengan adik kelas yang juga menjadi anggota seksi rohani tersebut. Karena rumah kami dekat, aku sering pergi bersamanya. Kami pun jadi akrab, hingga suatu hari adik kelas itu berkata, “I love you."

Betapa ironisnya cara bekerja Tuhan. Selama itu aku sengaja aktif di kegiatan rohani, mati-matian berdoa untuk disembuhkan, tapi ternyata aku malah mendapat kekasih di sana. Sejak saat itu, aku berhenti memohon agar disembuhkan. Tuhan sendiri telah menyembuhkan penyakitku, yaitu penyakit yang men-deny diriku sendiri, penyakit yang menghina keagungan dan melecehkan kekuasaanNya dalam penciptaanku.
(Gail)

Monday, September 1, 2008

Topik: A Tribute to Our Heterosexual Friends

Say it out loud September 2008

Sahabat-sahabat lesbian memang sahabat yang sangat mengerti keadaan dan perasaan hati kita. Tapi, bersahabat dengan teman-teman hetero ternyata juga asyik! Sahabat baik hetero yang mengetahui orientasi seksualmu, memahami, dan menerimamu apa adanya adalah sahabat terbaik tiada duanya. Sudah saatnya kita mengangkat gelas untuk teman-teman seperti ini, memberikan aplaus dan tepuk tangan karena pendampingan dan uluran persahabatan mereka yang sangat tulus. Melalui mereka, dunia yang tidak diskriminatif bukan lagi menjadi utopia. Mari, coretkan cerita dan kisahmu tentang sahabat heteromu yang luar biasa dan tersayang... Yukkk!

Kirimkan pengalamanmu ke alex58id@yahoo.com, jejak_artemis@yahoo.co.id

Siapa yang bisa menandingi empat sahabat hetero terbaikku? Mereka bukan pekerja LSM yang mengenal asam garam dunia perempuan. Mereka juga bukan pemerhati urusan perempuan. Mereka hanya ibu rumah tangga sederhana dan pekerja kantoran biasa. Hidup mereka lurus selurus-lurusnya; tanpa terekspos dengan urusan soal hak asasi bla-bla-bla, penolakan ini itu, tekanan hidup patriarki, atau perjuangan perempuan dan perjuangan whatever-whatever lainnya. Dengan cara berpikir mereka yang sederhana, mereka menerimaku apa adanya sebagai sahabat terbaik mereka. Kutemukan arti tulus persahabatan dan kupelajari seni keberagaman dari mereka. Ternyata banyak manusia yang hebat tanpa terekspos oleh media manapun. Mereka pantas mendapat medali kemanusiaan. They are my bestest friends... ever!
(Lakhsmi)

Aku coming out kepada teman masa kecilku di sebuah cafe di mal. Temanku tampaknya terkejut sekali dengan pengakuanku. Wajahnya rusak lalu setelah marah-marah, dia berdiri dan langsung meninggalkan aku seorang diri. Aku bad mood, langsung pulang, berjalan kaki sebab tempat kosku dekat dengan mal tersebut. Sepanjang perjalanan, aku menangis diam-diam.

Tiba-tiba sebuah mobil mendadak berhenti di sampingku. Jendela diturunkan dan wajah temanku nongol. Dia berteriak, "Cepetan masuk!" Aku tidak berpikir panjang kecuali mengikuti perintahnya. Setelah aku duduk di mobil, sambil menyetir dia menoleh kepadaku, "Lain kali kalau mau ngagetin gue, lu harus lewat surat aja. Jangan ngomong langsung kayak gitu. Kalau gue serangan jantung dan langsung mati, gue bakalan menghantui hidup lu, tau!" Abis ngomong seperti itu, temanku tertawa terbahak-bahak. Aku nggak nyambung beberapa saat sebelum sadar. Luar biasa, dia memang sahabat heteroku tersayang! Aku tau dia membaca tulisan ini. I love you!
(sweety bA6y)

Sahabatku meninggalkanku ketika dia tahu hatiku berlabuh pada seorang perempuan. Dia tak pernah menghubungiku, tak pernah meninggalkan kabar apa pun padaku. Aku mengaku padanya bahwa aku mencintai seorang gadis yang selalu kutemani itu, lalu aku mengenyampingkannya, termasuk organisasi tempat kita bersama, bahkan teman-teman kami; hanya untuk gadis itu. Gadis yang kucintai sakit berat dan takkan bertahan lama. Sahabatku tak bisa menerima bahwa aku yang selama ini dikenalnya dengan sangat dekat jatuh hati pada seorang gadis. Dia marah, dan menghilang dari hidupku, tak jelas rimbanya.

Di pemakaman, tiba-tiba sahabatku datang dan menggenggam jemariku. Tak pernah melepaskanku, walau cuma sebentar sepanjang pemakaman berlangsung. Dia memelukku erat ketika tanah mulai menutup peristirahatan abadi gadisku. Air matanya membasahi bajuku, membuat air mataku malah mengering.

Dua tahun kemudian, dia mengirimkan alamat situs ini kepadaku: www.sepocikopi.com Hingga saat ini, bahasan apa pun di situs tersebut menjadi bahasan pembicaraan kami sehari-hari termasuk dengan suaminya. She is my best friend!
(Hemu)

Sahabat heteroku yang satu ini super banget. Aku mengenalnya sejak SD. Tapi kami mulai dekat sejak dua tahun lalu, sejak kami berdua mulai bergabung di suatu organisasi. Aku berniat untuk tidak memberitahu aku seorang lesbian. Aku takut dia tidak mau berteman lagi denganku. Tapi akhirnya aku bilang ke dia saat sedang main di rumahku. Mungkin aku memang nggak tahan kalau nggak bercerita. Awalnya aku kaget atas keberanianku, walaupun aku harus menutupi mukaku dengan bantal guling. Lebih kaget lagi pas dia bilang , “Yee, kalo itu sih gue udah nyadar dari dulu! Coba, siapa yang nggak nyadar kalau lihat tampang lo pas cewek kinclong sedang lewat.” Aku melongo, terpana melihatnya. Lalu kami berdua tertawa terbahak-bahak. Sampai sekarang, kami selalu tertawa kalau mengingat kejadian itu. Menurutnya, tampangku bodoh banget.

Ya, dia super. Super karena semua sikapnya. Super karena open minded-nya. Super, karena dia sahabat heteroku yang paling susah diprediksi sekaligus paling mengertiku.
(Lonelittle)

Tanpa sahabat hetero, aku mungkin tidak bisa menjadi diriku yang sekarang. Dan aku berutang seluruh hidupku pada mereka. Ketika pertama kali aku menyatakan diriku lesbian pada teman heteroku, aku berada dalam titik terpanik dalam hidupku. Sudah cukup lama aku memendam pengakuan tentang kelesbianan aku. Hingga pada suatu malam minggu aku tidak tahan lagi. Semua tekanan itu kusalurkan semua lewat pengakuan mengharukan, dan deg-degan sampai aku berkeringat dingin. Setelah habis-habisan berterus terang pada sahabat yang sudah kukenal nyaris 10 tahun sejak SMP, aku memandangnya takut-takut. Tapi dia hanya tersenyum, dan berkata, “Ya ampun, gue pikir lo mau bilang apa. Ternyata cuma mau ngasih tau bahwa lo lesbian."

Sejak hari itu aku tahu bahwa aku bisa tidak sendirian, selalu ada teman-teman heteroku yang berada di sampingku. Sejak saat itu aku bisa menjadi diriku sendiri di depan mereka. Diriku yang lesbian. Dan tak henti-hentinya aku bersyukur punya sahabat seperti mereka.
(Alex)


Teman heteroku yang paling kusayang bernama Vina. Aku menyimpan rasa sukaku diam-diam padanya sejak aku SMA. Tapi aku nggak berani ngomong sama Vina apalagi karena Vina udah punya cowok. Aku takut dia malah jijik sama aku gara-gara aku bilang aku suka dia.

Tapi mungkin aku dan dia udah jodoh, ya? Jadi aku kuliah di fakultas dan jurusan yang sama dengan Vina. Hampir setiap hari kami ketemu, dan jadi makin sering teleponan apalagi pas Vina putus sama cowoknya, jadinya Vina makin sering curhat sama aku. Perasaan aku sih sama dia sudah berkurang. Nggak seintens dulu naksirnya.

Gara-gara teleponan selama dua jam dan ngobrol nggak jelas akhirnya obrolan kami makin serius. Dan mungkin campuran antara ngantuk ditambah kelamaan curhat, aku mendadak bilang bahwa aku pernah naksir dia dulu waktu SMA. Sepuluh detik Vina diam di telepon, aku sampe bingung. Kemudian dia tertawa terbahak-bahak, dan mengatakan bahwa dia sudah tahu aku naksir dia sejak dulu. Dan dia nggak pernah mempermasalahkan soal kelesbiananku. Fiuhhhh... Sampai sekarang kami tetap bersahabat dan masih sering hang out untuk curhat-curhatan.
(Blue Ladybug)

Monday, August 4, 2008

Topik: Merdeka! Merdeka!

Bulan Agustus adalah bulan istimewa. Negara Republik Indonesia merayakan kemerdekaannya. Apa pesan dan kesan kita, warganegara yang baik, untuk negara tercinta? Sebagai lesbian, apa yang sudah kita lakukan untuk menyumbang jasa dan karya sebagai anak bangsa? Apa arti merdeka buatmu? Mari, coretkan ucapan selamat, komentar mesra dan lucu, atau uneg-uneg/curhat tentang hari kemerdekaan buat tanah air tersayang. Mariiii....

Deadline: 31 Agustus 2008

Kirimkan tulisanmu ke alex58id@yahoo.com atau jejak_artemis@yahoo.co.id

Negaraku, selamat ulangtahun kemerdekaan. Merdeka bukan cuma berarti bebas dari penjajahan, tapi juga bebas dari penjajahan jenis apapun. Kulihat ternyata penjajahan masih ada di masa sekarang, dengan wajah dan rupa lain. Aku tidak akan berhenti melawan penjajahan, mulai penjajahan di lingkungan kerjaku, maupun kepada diriku sendiri. Merdeka berarti bebas menentukan diri sendiri ke mana langkah yang hendak kuayun, apakah selalu menempatkan kepentingan diri sendiri atau kebahagiaan orangtua.
Salam, Indonesia! Salam dari warganegaramu yang sangat bangga menjadi orang Indonesia.
(Chloe)

Setahun sudah hubunganku dan dia telah berlalu. Tepat di hari kemerdekaan ini juga dia sedang merayakan ulang tahunnya. Itu yang membuatku teringat lagi dengannya. Sisa cinta di antara kami masih bisa kurasakan, meskipun tidak sehangat dulu lagi. Rasa sayangku untuknya masih ingin kubagikan untuknya tapi kini dia sudah milik orang lain yang tentu saja selalu dapat membagi cinta untuknya setiap saat.

Merdeka bukan saja berarti terbebas dari hal yang menjajah kita. Buatku arti merdeka adalah bebas dari belenggu kenangan-kenangan bersama mantan. Kenangan itu sah-sah saja untuk dikenang kembali, tetapi ada kalanya beberapa orang benar-benar terbelenggu oleh kenangan tersebut sehingga membuat hidupnya kacau balau, tenggelam dalam kesedihan yang berlarut. Aku pun pernah mengalami hal itu.

Konon, “Cinta itu seperti pasir, jika terlalu erat digenggam makin banyak yang akan terlepas”. Sebuah pilihan yang sulit jika harus melepaskan seseorang yang kita sayangi saat ia memilih untuk terbang meraih mimpi-mimpinya. Tapi jika kita memilih untuk mengikatnya erat-erat tentu saja dia tidak akan merasakan bahagia bersama kita. Bukankah mencintainya berarti kita ingin selalu membahagiakannya? Jika dia memilih untuk terbang, biarlah dia terbang dengan bahagia.

Hidup terikat dengan pahitnya masa lalu, sakit hati, dendam, atau konflik yang malah membuat hidup kita kacau tidak keruan, sama dengan hidup yang tak merdeka. Kini saatnya kita “let it go”. Di hari kemerdekaan ini mudah-mudahan kita bisa bersemangat kembali untuk memaknai arti merdeka di dalam hidup ini dan jangan biarkan hal-hal negatif itu tetap membelenggu hidup kita. MERDEKA!
(Archie)

Kalo denger kata merdeka atau kemerdekaan, yang pertama terlintas dalam pikiran saya adalah bulan Agustus. Maklum, di mana kaki berpijak, saya tetep orang Indonesia yang cinta banget sama Indonesia. Lalu yang kedua, saya mengenang bahagianya masa kecil ketika ikutan perlombaan 17-an. Yang paling saya ingat yaitu ikut lomba makan kerupuk. Kerupuknya digantung setinggi jidat trus kita harus makan kerupuknya sampe habis dengan tangan di punggung. Kita harus loncat-loncat untuk bisa menjangkau kerupuknya dengan mulut. Dulu saya ikut lomba makan kerupuk dan gak pernah mau ikut lagi. Trauma! Saya udah capek loncat-loncat untuk bisa mengigit tuh kerupuk, eh setelah kegigit, yang ada malah gigi saya yang patah dan nyangkut di kerupuknya. :)

Kemerdekaan adalah ketika akhirnya saya bisa memutuskan hubungan dengan lelaki yang saya pacari selama tujuh tahun dan terbebas dari desakan mamanya untuk segera menikah. Kemerdekaan adalah ketika akhirnya saya memberitahu Mama dan Papa kalo saya 'menyukai' perempuan. Dan di luar dugaan saya, Mama & Papa menerima dengan ikhlas 'keadaan' saya. Bahkan Papa bilang, saya akan selamanya menjadi putri kesayangan Papa, dan Mama bilang, Mama akan tetap bahagia bila suatu hari nanti saya membawakan menantu perempuan untuk mereka. Itulah kemerdekaan buat saya. Terbuka kepada orang-orang yang paling berarti dalam hidup saya.

Selamat Ulang Tahun, INDONESIA-ku! Semoga cepat 'sembuh'.
(Jasselynn)

Monday, July 7, 2008

Topik: Pengalaman Copdar Pertama Kali

Bertemu di dunia maya, lalu akhirnya copdar alias copy darat -- ketemu di kehidupan asli. Copdar pertama kali setelah ngobrol ngalor ngidul di dunia maya memang selalu menciptakan cerita yang menarik untuk dikisahkan. Mari, bagi ceritanya yang lucu, norak, menggelikan, maupun pahit. Yuuuk!

Deadline: 31 Juli 2008

Kirimkan pengalaman kamu ke alex58id@yahoo.com dan jejak_artemis@yahoo.co.id


Berawal dari keinginan membantu sahabat yang ingin menelpon kakaknya –sebut saja Po, akhirnya aku membantunya dengan memanfaatkan fitur conference di HP-ku. Mungkin memang aku butuh teman ngobrol dan dia yang butuh orang yang menanggapi, jadilah kami kebablasan mengobrol di telepon bahkan saat sahabatku sudah menutup teleponnya. Acara teleponan berlanjut sms tiap hari. Setelah seminggu, kami memutuskan untuk bertemu di sebuah mal di Jakarta.

Sepulang kursus musik, aku langsung menuju mal itu. Sesampainya di sana, aku celingak celinguk. Kenapa nggak ada orang yang berciri-ciri seperti dia ya? Aku bingung setengah mati, malah kebelet pipis. Akhirnya aku duduk menunggu di tempat janjian. Lalu HP-ku berdering. Segera saja kuangkat, ternyata dari Po . Dia bilang dia telah lihat aku. Tanpa ba-bi-bu aku langsung berjalan mengitari daerah tempat janjian kami. Ternyata, dia memang sudah sampai. Tapi dia menunggu di lantai atas supaya bisa melihat ke bawah. Huh, rugi deh! Sudah berputar-putar tidak karuan, ternyata dia berada di atas. Pantas saja aku tidak lihat! Namun jujur, cinta memang tak dapat ditebak. Di saat nggak bermaksud mencari, malah mendapat.
(lonelittle)


Sore itu ada sebuah sms 'nyasar' berbau sms SKSD 'sok kenal sok dekat'. Karena waktu itu aku lagi patah hati,alhasil si pengirim aku jutekin. Tapi ternyata dia ga menyerah untuk mendapatkan responku. Akhirnya aku tahu kalo dia adalah sosok yang lama menghilang. Kami jadi lebih mengenal dekat lewat puluhan sms yang akhirnya memenuhi hp kami, sampai akhirnya kami putuskan untuk bertemu.Dan siang itu aku menjemputnya di rumah sahabatnya.

Di dalam taksi, aku sibuk menata hatiku membayangkan kira-kira dia seperti apa. Sampai akhirnya aku tiba di sebuah rumah kost. Aku telpon dia untuk bilang kalo aku sudah ada di depan rumah kost. Hatiku makin ga karuan ketika dari dalam taksi, aku melihat sosok gadis manis keluar. Hm ini pasti Lia-ku, sosok yang mulai merebut hatiku, batinku mulai menebak-nebak.Ya walau tidak sama persis dengan yang aku bayangkan.Tapi manis juga, batinku waktu itu. Hm di belakang gadis itu, ada gadis lain dengan pakaian yang seksi, dia sangat cantik. Oh pasti dia teman Lia, batinku. Tapi... upsss... Tiba-tiba jantungku berdegup kencang ketika justru yang kukira teman Lia itu malah berjalan menuju taksi yang aku tumpangi. Aku baru sadar kalo aku salah mengira kalo teman Lia itu adalah Lia. Jadi ini Lia? desisku. Antara kaget, deg-degan dan bahagia, aku sempat tak percaya. Ya Tuhan, apa Engkau nggak salah kirim? Gadis cantik itu Lia? Hatiku bersorak hore :)

Akhirnya setelah bersay hello, kami memutuskan untuk pergi ke sebuah mal. Dan itulah awal dari kebersamaan kami.Ya walopun sekarang semuanya sudah berlalu.Untuk Lia : dimanapun kamu dan apapun yang pernah terjadi, kamu selalu punya tempat di hatiku. Thanks for everything. Miss you and may Good bless you...
(dipi deep)


Setelah ngobrol di YM berhari-hari, akhirnya aku bersama dia (namanya Sandy) memutuskan bertemu. Aku bertanya apakah dia keberatan kalau aku membawa pacar. Dia menjawab tidak keberatan.

Pada hari yang ditentukan, kami bertemu. Aku menjadi grogi karena Sandy nggak berhenti-henti menatap pacarku. Setelah kami pulang ke rumah masing-masing, aku di-YM oleh Sandy. Dia bertanya, "Itu benar-benar pacarmu?"

"Ya iyalah, itu pacarku."

"Dia benar-benar lesbian?"

"Emangnya kenapa?"

"Nggak kelihatan seperti lesbian."

"Seperti apa yang kayak lesbian?"

"Nggak tau. Kayak lesbian palsu."

Aku memberikan emotikon tertawa terguling-guling di YM. Akhirnya Sandy menjelaskan mengapa dia tak memercayai pacarku itu seorang lesbian. Itu karena pacarku mengenakan jilbab!

"Pake jilbab ya bukan berarti dia hetero, tau."

Sandy baru sadar, dia akhirnya kasih emotikon tertawa terguling-guling juga!
(Yan)

Terik. Jam setengah 12 siang. MIRC, room Lesbian. Hmm, tidak ada yang menarik. Kursor perlahan bergerak menuju tombol disconnect. Tiba-tiba, sebuah pop-up window muncul menutupi tombol keramat itu dan mengurungkan niatku.

[11:30] Hai!
[11:30] Hi! ASL pls.
[11:30] 19/F/BDG. Kamu?
[11:31] 21/F/JKT. Kuliah ya?
[11:31] Yup. Kamu? Ada Fs?
[11:32] Kuliah. xxx@yahoo.com. Sori, GTG
[11:32] Boleh minta no. hape? Plis?
[11:32] 081111xxx. GTG. Bye!
[11:32] Nanti aku sms atau telpon ya!
[11:33] Boleh kan?
[11:33] *solitude has quit MIRC

Sebuah hubungan pun dimulai. Ratusan sms. Puluhan telpon. Hingga belasan pesan di YM dan FS. Suatu malam, sebuah sms kukirim.

To: Athali
Kalau baca sms ini, kamu suka aku.
Kalau dibalas, kamu sayang aku.
Kalau dihapus, kamu milik aku.
Pilih mana?

Sms iseng itu berujung seneng. Wow! Kenal lewat internet, ngobrol lewat telpon, nembak lewat sms. And now? Jadian!

Hari Sabtu itu, aku menyusuri tol Cipularang. Berbekal foto dari FS, kami janjian di depan Gedung Sate. Sebuah mobil berhenti di depanku, jendelanya dibuka. Seorang perempuan, masih dengan seragam kampusnya, dengan rok yang begitu pendeknya hingga membuatku melek. Aku masuk. Sebuah kecupan mendarat di pipi, ia berbisik pelan di telingaku. “Hai, pacar…”. Ternyata, namanya Maya. Ini baru namanya benar-benar cinta Maya.
(MituMitu)

Setelah perkenalan dan saling melihat profile di Friendster, kami memutuskan untuk jadian beberapa bulan kemudian.Lucunya kami belum pernah bertemu face to face, hanya mengandalkan foto dari Friendster, dan rasanya klasik juga. Banyak pasangan yang jadian berkat Friendster. God bless FS creators!

Karena pertemuan ini sungguh berarti buat saya, beberapa bulan sebelumnya saya bertekad memperbaiki penampilan, dari bounding hingga pasang behel. Meski sakitnya minta ampun, saya jalani dengan penuh semangat. Alhasil berat badan pun turun hingga 8 kilo dan itu cukup membantu penampilan. Saya, tadinya sungguh macho, dan mempunyai mantan femme, tiba tiba berubah menjadi femme:) Polesan di wajah yang hanya setahun sekali dipakai sudah saya siapkan baik baik untuk pertemuan nanti.

Sehari sebelum bertemu, saya sangat gelisah. Ketakutan pun melanda. Bagaimana kalau saya tidak semenarik yang ia bayangkan atau bagaimana kalau penampilan saya mengecewakan? Setiba di bandara, dia tidak mengenali penampilan saya yang sudah turun 8 kilo!

Sementara saya sungguh kaget karena dia jauh dari yang saya bayangkan. Kulitnya sangat bersih (di Friendster tampak legam... maaf, Sayang :) ) serta wajah innocent-nya membuat saya tersenyum tiap kali mengingat. Saya tidak akan pernah lupa doa saya saat pertama kali melihat ia, "Tuhan terima kasih, akhirnya saya boleh punya pacar lagi setelah 7 bulan menutup hati."

Tiap kali mengingat pertemuan itu, kekasih selalu protes karena dandanan saya yang sudah back to the nature. Saya jarang dandan, jarang memakai rok, lihai saat mengendarai sepeda motor, malah dia yang pandai membuat masakan untuk saya, bahkan tiap kali saya hendak pulang dia lah yang mem- packing baju baju saya. Untuk urusan belanja pun, saya serahkan pada dia.

Bagaimana pun saya, bagaimanapun ia, kami dapat saling menerima.
(Adey)


Saturday, June 7, 2008

Topik: Kejadian Tak Terlupakan Waktu PDA (Public Display Affection) dengan Pacar

Tau PDA kan? Itu loh, tindakan pamer kemesraan di depan publik, entah berusaha sembunyi-sembunyi supaya nggak ketahuan atau terang-terangan saja. Pernah mengalaminya? Pastinya pernah dong. Nah, bagaimana tuh reaksi kaum hetero atau kaum awam yang melihatnya dan tanpa sengaja memergoki? Pasti kejadiannya nggak terlupakan: menegangkan, bikin takut, atau malah menggelikan? Bagi-bagi ceritanya ya!

Deadline: 30 Juni 2008

Kirimkan pengalaman kamu ke alex58id@yahoo.com atau jejak_artemis@yahoo.co.id



Jadi ceritanya gini, waktu gue boncengan dengan pacar. Gue diboncengin nih ceritanya. Gue meluk dia dari belakang, dua tangan dimasukkin ke satu jaketnya di pinggang. Mendadak iseng gue muncul. Pas di lampu merah, tangan gue yang di kantung jaket meluncur naik ke atas... dadanya. Pacar langsung menjerit, "Sayang, kamu gila deh! Ini kan jalanan umum?!"

Gue cuma cekikikan di belakangnya. Hihihihi. Tetap saja bandel dan terus meraba setiap kali berhenti di lampu merah. Terus lagi asyik meraba, tau-tau ada polisi yang ngeliatin tingkah laku gue dari perempatan jalan. Waktu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, pacar gue ngelewatin polisi itu. Gue lihat polisi meniup peluit tiga kali ke arahku sambil mengacung-acungkan tongkatnya. Gue takut aja kirain dia bakalan mengejar kami dan menghentikan kami. Tapi ternyata nggak. Sepanjang perjalanan gue dan pacar ketawa nggak berhenti-henti.
(sunny star)

Awal Juni 2008, aku janjian bertemu kembali dengan mantan. Kami baru saja putus di akhir Maret dan dia sudah memiliki kekasih lagi. Aku sibuk mengatur rencana untuk bertemu kembali. Aku akan menjemput dia di apartmentnya lalu kita akan jalan-jalan keliling Jakarta malam itu.

Aku menjemputnya bersama beberapa orang temanku. Malam itu aku terkesima melihatnya. Maklum, sejak putus, aku tak pernah bertemu dengannya. Rasa rindu menyerangku gila-gilaan. Tak kuasa aku untuk menahan tatapanku. Dia tersenyum malu-malu. Seperti biasa.

Kami makan malam di sebuah restauran fast-food lalu lanjut ke sebuah mal di Jakarta Utara. Di sana, aku meminta waktu untuk berduaan dengannya dan langsung menuju ke lantai dua. Aku memilih duduk di satu meja di depan salah satu restauran yang agak sepi. Hanya ada beberapa orang saja di sana. Beberapa saat lamanya kami saling bercanda dan melepas kangen sampai tiba-tiba tubuhku bergerak maju ke arahnya dan mencium bibirnya dengan mesra. Orang-orang di sekitar mulai memperhatikan. Bahkan seorang cowok yang duduk tak jauh bengong menatap kelakuan kami; dua orang perempuan duduk satu meja dan berciuman dengan mesra.

Pemandangan itu pastilah tidak diduga olehnya (terlebih lagi karena kami berada di family restauran). Reaksinya, dia segera memalingkan muka, membayar kopinya yang masih setengah terisi dan pergi meninggalkan restauran itu. Beberapa orang lainnya pun melihat kami namun bersikap seakan-akan tak melihat. Aku tak peduli! Yang aku tahu, malam itu aku menemukan kebahagian dengan mantan kekasihku yang masih sangat kucintai. Ending: It's not ended yet. My stories with her has just started... again. =)
(Silver_Apple)


Monday, May 12, 2008

Topik: Apakah Kamu Homofobia?

Menyambut International Day Anti Homophobia (IDAHO) yang jatuh tanggal 17 Mei, yuk kita tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita termasuk homofobia? Homofobia kan nggak berlaku buat kaum hetero saja, mungkin aja kita yang notabene homoseksual ini pernah risi dan takut menghadapi lingkungan sekeliling yang lesbian banget atau homo banget. Jadi homofobiakah kamu?

Kirimkan pengalaman kamu ke alex58id@yahoo.com atau jejak_artemis@yahoo.co.id

Deadline: 31 Mei 2008


Fobia adalah kata yg digunakan untuk mendeskripsikan suatu perasaan katakutan yang amat sangat dan tidak masuk akal. Jika ditanya "Apakah saya homofobia?"Saya jawab, "jelas gak dung..."
(zix_04)

Siapa yang nggak panas kuping kalau mendengar teman-teman kantor ngomong jelek-jelek tentang lesbian? Sialnya, apa yang diomongin benar lagi! Kalau ngaco atau melantur nggak karuan, bahkan menjurus ke fitnah, aku bisa saja datang dan membela kaum kita habis-habisan. Tapi ini obrolan mereka berdasarkan kebenaran dan kenyataan. Hhhh, kalau lagi dengar obrolan kayak itu, kebencianku kepada kaum kita mendidih sampai ke tulang sumsum. Kenapa sih teman-teman lesbian tega memalukan diri sendiri? Begitu aku dengar kata "lesbian" di lingkungan kantor, bawaannya mau lari terbirit-birit menjauhi kelompok itu. Aku terlalu malu dan kesal mendengar topik itu. Aku, homofobia? Iya bangeeeddd...!!!
(lonely stone)

Tidak pernah terbetik dalam pikiran saya untuk menjadi homofobia. Konsep sederhananya adalah karena saya sendiri lesbian, jadi nggak mungkin dong saya homofobia. Tapi sumpah deh, saya ketakutan plus dongkol setengah mati dengan lingkungan mantan saya yang super korslet; yang ora sudi bergaul dengan hetero secara aman-tenteram, yang habis-habisan menarik orang menjadi lesbian, yang membenci lesbian yang berniat berhenti sebagai lesbian, yang riang gembira memetik pacar orang lain yang juga teman sendiri, yang lapar melihat perempuan siapa saja,.... ah, dan seterusnya. Saya benci lesbian yang seperti itu. Menjabarkannya saja sudah membuat saya sesak napas. Rasanya seperti masuk ke dunia lain. Tidak perlu berbicara tentang rasa menghargai terhadap sesama manusia, sesama perempuan aja perilakunya mengerikan.

Untungnya dunia cukup luas, masih banyak lesbian yang baik hati dan tak sombong. Tapi mereka yang berperilaku seperti di atas itulah yang membuat saya antipati; boro-boro bersabar, yang ada pada kabur semua.
(Sara)

Homofobia? Lucu deh kalau saya menyebut diri saya homofobia. Ya jelas nggaklah. Yang homofobia itu pastinya orang-orang hetero. Tapi belakangan ini ada keributan di televisi tentang para banci yang terlalu diekspos berlebihan di televisi. Terus terang, saya juga ikutan kesal. Muak banget melihat banci-banci yang seperti overdoses obat dan over akting di layar kaca. Sudah nggak lucu sama sekali. Apakah ini namanya homofobia? Saya nggak keberatan dengan manusia gay/transeksual, tapi jika dipresentasikan sangat buruk seperti itu, terus terang saja saya menjadi bete. Ini seperti masyarakat yang sakit.
(Lady in Purple)

Friday, April 4, 2008

Topik: Yuk Berjuang!

Say It Out Loud April 2008

Mayoritas lesbian di Indonesia bukanlah anggota LSM maupun pejuang gerakan LGBT. Banyak di antara kita adalah pekerja biasa, para perempuan yang tenggelam di dunianya sendiri-sendiri. Tapi, bukankah banyak hal yang dapat kita lakukan untuk berjuang? Misalnya, Mother Teresa dari Calcutta berjuang dengan kasih sayang, Mahatma Gandhi berjuang dengan ajaran Ahimsa, Rabindranath Tagore berjuang melalui tulisannya. Nah, sebagai lesbian, apa sih yang telah kita lakukan untuk komunitas LGBT(secara khusus) atau masyarakat (secara umum)? Tindakan paling kecil pun sangat berarti kok. Seperti kata John F. Kennedy "ask not what your country can do for you; ask what you can do for your country".

Ayo, ayo, bagi ceritanya dan berikan inspirasi buat teman-teman lesbian semua!

Deadline: 30 April 2008


Perjuangan buat saya adalah dengan menjadi sahabat yang terbuka dengan teman-teman saya. Dalam banyak hal saya selalu jujur kepada sahabat-sahabat saya, kecuali untuk masalah yang satu itu. Saya tak pernah coming out kepada mereka. Tapi jika seandainya saya ketahuan lesbian, saya berharap teman-teman saya tidak menilai saya semata-mata sebagai lesbian, tapi karena melihat saya sebagai orang yang sama yang telah menjadi sahabat mereka selama ini.
(Dark Chocolate)

Aku berjuang dengan menjadi volunteer di LSM yang mengurusi isu perempuan dan anak-anak. Aku sendiri tidak coming out, tapi kupikir itu tidak penting karena ada masalah yang lebih besar untuk diperhatikan oleh kita semua sebagai perempuan.
(Nana)


Saya berjuang dengan mengajukan diri menjadi salah satu penulis di blog Sepoci Kopi. Sebagai perempuan yang sudah coming out kepada orangtua dan diterima dengan tulus oleh keluarga, sebenarnya saya udah beberapa kali diajak untuk menjadi contoh "cerita sukses lesbian yang coming out" oleh beberapa teman aktivis. Tapi saya menolak karena saya nggak mampu memberikan pencerahan dengan berbicara. Bisa-bisanya nanti malah saya salah ngomong. Saya pikir saya senang menulis, walaupun hasilnya nggak sehebat penulis profesional. Maklum, saya kan penulis pemula. Dengan bantuan teman-teman redaksi di Sepoci Kopi, khususnya Lakhsmi, tulisan saya diedit secara "kejam". Tapi saya senang, karena hasil tangan dingin dan komentar jujur Lakhsmi membuat saya belajar menjadi penulis yang lebih baik lagi.

Semoga sharing saya di blog Sepoci Kopi menginspirasi teman-teman untuk menemukan jawabannya di dalam hati masing-masing.
(Fredric)

Tuesday, March 11, 2008

Topik: Cerita Gembira Hidup sebagai Lesbian

Say It Out Loud Maret 2008

Pernah merasa sangat gembira? Bangga sebagai lesbian? Tentu saja pernah! Cerita yang riang dan ceria memberikan senyum dan tawa lepas. Mari, bagi-bagi ceritanya yang secerah matahari pagi, memberikan gelora semangat buat teman-teman. A happy person is not a person in a certain set of circumstances, but rather a person with a certain set of attitude.

Deadline: 31 Maret 2008

Begini loh caranya, agar bisa merasakan kesadaran diri dalam hidup bahagia sebagai lesbian. Kalau kita lagi senang, atau gembira, cobalah mengingatkan diri bahwa "I am lesbian and look at me, I am happy now". Lakukan ucapan itu untuk hal-hal kecil yang tampaknya remeh tapi di detik hatimu sedang riang gembira. Misalnya aku nih, aku tuh senang beraktifitas sosial bagi kegiatan gereja. Jadi setiap saat aku sedang melakukan tugas pelayanan sosial dalam bentuk (misalnya) berkunjung ke panti asuhan, hatiku selalu bersemangat. Nah, saat itu aku selalu mengingatkan diriku, "Aku gembira karena aku berguna, dan hey, aku lesbian". Sumpah, ucapan itu adalah mantra tokcer yang bisa menyihir kamu untuk menjadi semakin pe-de hidup sebagai lesbian!
(Lakhsmi)

Menyadari diri lesbian mengejutkan diri ini. Setelah bertahun-tahun berjuang dalam diri, akhirnya saya menemukan kedamaian. Dengan kesadaran, pasrah dan eling, saya akhirnya bisa merasakan kegembiraan hidup sebagai lesbian. Saya mencari teman yang senasib, nggak usah banyak-banyak karena diri nggak butuh teman seabrek-abrek, hanya secukupnya saja. Secukupnya yang bisa membuat kami semua akrab dan dekat satu sama lain, saling membantu, dan saling mendukung. Saya lulus kuliah, bekerja, menopang hidup tanpa menggerogoti orang lain, independen, mempunyai mentalitas nggak mau merepotkan keluarga maupun teman. Akhirnya inilah saya, lesbian yang nggak malu-maluin, mempunyai tempat di dunia karir, berusaha keras berkarya di dunia sosial, dan menjadi manusia yang bertakwa, beriman kepada Tuhan yang mahaesa.
(Beetle)

Yang bikin aku bangga sebenarnya pas aku lulus S2 di Tokyo. Orangtuaku datang, pacarku mendampingi. Walaupun aku nggak pernah ngaku ke orangtua siapa dia sesungguhnya, aku bahagia banget berkumpul bersama-sama. Sejak tinggal di Jepang, jarang sekali mendapat kesempatan seperti ini. Biarpun aku dan pacar harus diam-diam bergerilya saling mencintai, aku tidak takut dengan masa depanku. Kami berdua adalah dua perempuan kuat yang mapan dan nyaman dengan satu sama lain. Dan kebahagiaan itu mencapai puncaknya saat kelulusanku. Sekarang, di ruang tamuku, ada foto orangtuaku bersama aku saat graduate dan tentu saja pacar (berempat), terbingkai dengan manis yang dengan bangga kuunjukkan kepada setiap tamu yang mengunjungi apartemen kami berdua. Itulah saksi kebahagiaanku bersama orang-orang yang kukasihi.
(Makiko Chan)

Aku bahagia dengan diriku! Hidup sebagai perempuan lesbian berusia 29 tahun, nggak merasa tekanan untuk coming out, dan keriangan paling tinggi adalah memperkenalkan kekasih dengan sobat-sobat hetero terbaikku. Nah, setelah berkali-kali membawa pacar di tengah the hetero gank, aku masih ada sedikit rasa ragu-ragu apakah teman-teman baik heteroku dapat menerima kehadiran pasanganku. Suatu malam, di suatu restoran yang padat dan penuh, kami mengambil kursi sembarangan di satu meja yang available. Tiba-tiba menyadari pacar duduk terlalu jauh dari posisiku. Aku dan pacar tidak memedulikan keadaan ini, tapi tiba-tiba sahabatku yang duduk di sebelah pacar berdiri dan berkata, "San, nih duduk di sini." Dia memberikan kursi di sebelahnya. Sambil tersenyum lebar, aku menolak, diam-diam merasakan kegembiraan yang tumbuh meraja di hati. Bagiku, tindakan sederhana seperti itu adalah bentuk penerimaan mereka atas kehadiran kekasih dan oritentasi seksualku. Aku bahagia, begitu bahagia!
(Susan)

Kebanggaan dan kebahagiaan terbesarku adalah ketika partner menggengam tanganku dan mengatakan dia hamil. Kupandangi dia lekat-lekat lalu tersenyum, dan memeluknya erat-erat. Selama sembilan bulan menemani partner ke dokter memeriksa kandungan dan melihat titik kecil di layar monitor yang makin lama membesar membuat hatiku mengembang bangga.

Kebahagiaan yang membuatku berkaca-kaca adalah ketika aku menggendong buah hati kami pada hari kedua dia dilahirkan. Dengan tangan gemetar dan hati yang membuncah gembira campur takut, kupandangi si baby dengan matanya yang sipit dan tak mau membuka. Aku mendongak, dan memandangi perempuan terkasihku yang tersenyum begitu manis. Kupikir itulah puncak bahagiaku. Ternyata aku salah. Di kemudian hari momen-momen bahagia kami begitu berlimpah. Sebagai lesbian aku sadar betul betapa bersyukurnya aku mendapat kesempatan seperti ini.
(Alex)

Tuesday, February 12, 2008

Topik: Hadiah Romantis untuk Valentine

Say It Out Loud Februari 2008

Valentine telah tiba. Apa aja nih rencana atau hadiah atau ide romantis untuk Valentine? Ayo bagi-bagi cerita romantismu untuk Valentine. Siapa tahu bisa memberi ide buat teman-teman lain...


Deadline: 29 Februari 2008

Waktu merayakan Valentine pertama dengan kekasih, saya ingin memberikan kejutan yaitu berupa sekotak cokelat. Saya membawa cokelat itu di mobil menuju kantornya. Dalam perjalanan, tiba-tiba hape saya berdering. Bos meminta saya mampir di bank untuk mengambil kontrak perjanjian perusahaan saya. Karena kebetulan searah dengan kantor kekasih, saya berhenti di bank itu dulu. Ternyata urusan itu memakan waktu lebih lama dari yang saya bayangkan. Ketika selesai, saya langsung cabut menuju kantor kekasih.
Di restoran tempat date siang berlangsung, saya memberikan cokelat itu kepadanya. Dengan gembira kekasih menyatakan rasa senangnya dengan membuka kotak cokelat itu. Ternyata... jantung saya seketika berhenti. Ya ampuuuun, semua cokelat yang berada di kotak lembek dan meleleh. Saya lupa mobil saya terjemur oleh matahari jam dua belas di parkiran ketika saya mampir di bank. Rasanya saya mau kabur seketika dari restoran. Untung kekasih baik hati, dia mengecup pipi saya dan mengatakan "Terima kasih ya atas perhatian kamu. Happy Valentine day, Sayang." Duuuuhhh, hati saya langsung melayaang!!
(Serina)

Setahun lalu, aku berencana membuat kejutan kepada pacar dengan mengirimkan bunga ke alamat rumahnya. Kepada florist-nya aku minta dikirim jam sembilan pagi. Tapi lewat dari jam sembilan pagi, tidak ada kabar apapun dari pacar. Dia tidak meneleponku, apalagi SMS. Penasaran kutelepon florist dan kudapat kabar dari mereka bahwa bunga telah dikirim dan telah diterima dengan baik. Hah? Bingung kan. Dengan memasang wajah yang ditebal-tebalkan, aku menelepon si dia. Pada awal-awal percakapan, pacar sama sekali tidak memberikan reaksi yang berlebihan tentang hari Valentine. Akhirnya setelah bingung berbicara muter-muter nggak karuan, terpaksa aku menembak dia apakah dia sudah menerima bungaku. Dia bilang belum. Loh? Tambah bingung aku. Persis ketika kami berdua sedang bingung dan aku berniat hendak mengebom florist langganan kantorku itu, tiba-tiba telepon rumahnya berdering. Samar-samar terdengar suara pembantunya kepada pacar bahwa tetangga sebelah rumah memberitahu ada kiriman bunga yang nyasar ke rumah mereka. Ternyata pembantu di tetangga sana masih baru dan begitu saja menandatangani kertas tanda terima bunga. Sambil tertawa-tawa pacar bilang dia hendak menjemput bunganya di rumah tetangga. Hahahaha... Benar-benar bunga Valentine yang bikin repot sedunia!
(Usagi Red)

Tiga tahun lalu saat baru tinggal bersama kekasih, saya berusaha membuat surprise untuk Valentine. Karena kebetulan saya kursus pembuatan kue, saya berusaha membuat kue cokelat favoritnya dengan bentuk hati . Tapi karena di rumah kami tidak miliki oven, saya terpaksa “meminjam” oven di rumah teman untuk membuat kue tersebut sepulang kerja. Setelah menghabiskan 6 jam akhirnya kue pun jadi, dan sembunyi-sembunyi saya pulang pada pukul 11 malam dan langsung memasukkan kue itu ke kulkas. Sesampainya di kamar, yayang cemberut mengira saya ngelayap nggak jelas sama teman saya itu di malam Valentine. Namun sehabis mandi cepat-cepat, saya mengajaknya keluar kamar dan memberinya kado Valentine yang dibuat dengan penuh cinta itu. Yayang pun langsung memberikan pelukan dan ciuman bertubi-tubi.... Ah, senangnya.
(Dark Chocolate)

Friday, January 4, 2008

Topik: Apa Resolusi Tahun Baru Kamu?


Say It Out Loud January 2008

Selamat datang tahun baru! Pastinya tahun baru mempunyai harapan dan semangat baru. Ayo dong, apa sih resolusi tahun baru kamu? Cita-cita dan keinginan apa yang kepengin kamu penuhi di tahun baru ini, bagi diri sendiri, keluarga, atau kekasih? Cerita yaaaa....

Deadline: 31 Januari 2008

Resolusi? Nggak terlalu mengawang-ngawang dalam impian. Saya hanya ingin satu saja: punya pacar yang setia dan tulus mencintai saya apa adanya. :)
(Andreas)

Resolusi tahun baruku adalah... Satu, ingin panjangin rambut! Dua, ingin jalan-jalan ke Vietnam! Tiga, ingin lebih feminim! Empat, ingin melanjutkan sekolah S2! Lima, ingin dapat beasiswa! Muluk-muluk nggak seeehhh? Doakan semoga tercapai.
(Joana)

Dari dulu sih aku nggak pernah tuh buat resolusi di tahun baru. Tapi sering ditanya-tanyain sama teman, akhirnya bingung sendiri. Tahun kemarin, aku membuat resolusi. Dari tiga resolusi, ternyata dua tercapai. Tahun ini aku buat tiga resolusi lagi; yaitu pengin dapat pekerjaan baru dengan peningkatan gaji dan harapan jenjang karir yang lebih baik, pengin berolahraga teratur, dan terakhir pengin belajar masak.
(blue planet earth)

Saya mau living together dengan kekasih! Setelah satu setengah tahun menjalani pacaran yang bikin repot karena perbedaan tempat tinggal, saya telah menabung cukup uang buat membayar uang muka pembelian rumah. Beli rumah buat tinggal bersama! Resolusi lainnya adalah mau banget membahagiakan Mama dengan membiayai perjalanan naik haji beliau. Ini akan menjadi kejutan buat Mama tercinta. Resolusi lain, mau hidup lebih sehat.
(Dilla Ndut)

Resolusiku untuk tahun tikus (secara aku yang shio ular) nggak muluk-muluk banget, yang penting tercapai semua. Karena diri ini udah nggak ketolongan lagi rindunya ama partner belum lagi godaan dari kiri kanan atas bawah depan belakang), mudahan nggak dosa, mengharapkan kontrak kerja suami partner di Brisbane tidak diperpanjang lagi. Berharap dapat rezeki durian runtuh dari BNI untuk datangi partner seandainya partner tidak pulang tahun ini. Menaikkan berat badan dikit biar agak berisi nggak kaya tengkorak hidup. Lebih feminim, padahal tahun-tahun kemaren sudah diusahakan sekeras baja (duh.. kenapa juga masih kelihatan tanggung ya?). Secara partner dan para sahabat mulai protes karena rambut sudah kepanjangan yang menurut mereka diri ini nggak pantas, mukaku jadi nggak lucu lagi, aku mau potong rambut ala Shane (The L World). Seandainyapun jadi dipendekin siap-siap didiamin ama ananda selama 1 minggu. Low profile high profit.
(Sagita Rius)

Malam Tahun Baruku berisi menyumpahi orang-orang yang membakar petasan. Lalu ada pacar yang menemaniku ngobrol dan berdoa bersama via telepon. Sentuhan yang manis adalah suara hujan di Bali yang ikut-ikutan masuk ke dalam saluran telepon kami. Enam bulan sebelum tahun baru tiba, aku telah merancang sebuah Resolusi Tikus, menghormati para tuan dan nyonya tikus. Sederhana saja resolusiku itu, berisi tidak lebih dari lima goal yang ingin kubobol tahun ini. Aku ingin menyelesaikan skripsi sesegera mungkin semester ini. Menyelesaikan kumpulan cerpen pertamaku—tidak peduli apakah ada atau tidak ada penerbit yang bersedia menerbitkan. Kemudian menulis satu novel solo yang sudah nganggur beberapa bulan karena aku bukan main malasnya. Terakhir, yang paling sederhana tapi butuh perhitungan agak serius, aku ingin liburan ke Bali.
(Oryza Sativa)