Tuesday, April 13, 2010

Topik: Kesuksesanku

Have Your Say April 2010

Lesbian terpinggirkan? Yaolooooh, demi langit bumi, hari gini masih ngomongin dimarginalkan ya? Sooo 90's banget sih. Enggak banget deh kalau bangga dianggap sebagai pecundang. Lesbian harus merebut eksistensi - bukan dengan menuntut bow, tapi mengambil kesuksesan yang bisa diraih. Kamu lesbian sukses? Kenapa enggak?! Ceritakan dong kesuksesan apa yang bikin kamu bangga! Bukan cuma bangga sebagai lesbian, tapi bangga dapat mengatakan dengan keras: "Lihat, pada akhirnya masyarakat membutuhkan gue yang notabene seorang lesbian!" Lesbian merasa terpinggirkan? Cuih cuih, ke laut aja lo!

Deadline: 30 April 2010

Kirimkan kepada redaksi@sepocikopi.com

Aku adalah seorang player snare drum dalam tim Marching Band di sebuah Universitas di Jawa Tengah. Pada awalnya teman-teman player dan coach memang mengucilkanku karena mereka tahu bahwa aku seorang lesbian. Tak jarang, coach menjadi tidak profesional dan sering menghukumku, bahkan mempermalukanku di depan teman-temanku yang lain. Aku bertahan, karena kecintaanku terhadap snare drum, musik, dan gerak. Aku bertahan karena tanggungjawabku sebagai player yang sudah dikontrak untuk sebuah perlombaan tingkat nasional di Jakarta.

Pada awalnya mereka memang memandangku sebelah mata. Bagi mereka keahlianku bermain drum tertutup karena aku yang lesbian. Seolah tak membutuhkan aku lagi, setelah perlombaan mereka mencampakkanku.

Beberapa bulan kemudian, tiba-tiba coach menghubungiku dan memohonku untuk menjadi player snare drum lagi. Baru aku kuketahui bahwa tim Marching Band-ku kekurangan player yang sanggup bermain drum dengan baik. Hasilnya? Aku menjadi player snare drum dalam tim Marching Band tersebut selama hampir 4 tahun berturut-turut. Aku satu-satunya player yang memecahkan rekor dapat bertahan sampai 4 tahun lamanya (biasanya setiap player hanya dikontrak maksimal 1-2 tahun). Gelar asisten pelatih utama sempat dipercayakan coach kepadaku, sebuah jabatan yang bergengsi dalam ruang lingkup tim Marching Band. Meski pada akhirnya aku harus melepas jabatan itu karena aku juga harus memikirkan kuliahku.
(Dee_sakura)


Belajar di dunia medis awal mula bagai ironi bagi saya. Di masa kuliah saya dan kekasih (yang kini telah menjadi mantan) sering menjadi bisik-bisik sekitar teman karena kami sering terlihat bersama dan tak terpisahkan. Bisik-bisik itu menjadi bahan pembicaraan di kalangan kakak kelas juga. Bahkan ada beberapa teman lelaki yang berani bertaruh untuk bisa memcari salah satu diantara kami. Canda yang bernada mencemooh pun sering dialamatkan pada kami. Saya masih mengingat dengan jelas perihnya menerima hinaan itu. Hingga sampai masa magang di rumah sakit pun kami masih jadi bahan pembicaraan padahal kami telah putus dan saya telah memiliki pacar baru yang setia.

Kini, dengan usaha keras dan doa, saya berhasil menjadi orang pertama dari seluruh almamater saya yang melanjutkan program spesialisasi di universitas yang dikenal sebagai 'kiblat' kedokteran di Indonesia. Rasa sakit saya pun berangsur pulih. Saya bersyukur pada Tuhan, saya tidak pernah membalas hinaan dan cemoohan mereka dengan kata-kata.
(Gwen)

Bagiku kesuksesan adalah suatu hal positif dan membangun yang dapat kita bagi kepada orang lain dan menciptakan senyum kebahagiaan. Dulu aku hanya lesbian yang sehari-hari hanya mengeluhkan cinta, yang setiap saat bad mood karena bermasalah dengan partner, apalagi masalah yang dihadapi itu-itu saja. Aku senang akhirnya aku mendapat pekerjaan di bidang kemanusiaan, bukan di perusahaan komersil.

Aku bekerja membangun kembali rumah para korban tsunami di Aceh, memberikan training kepada masyarakat tentang pengembangan ekonomi, dan belajar langsung dari atasanku yang seorang Jerman. Jika kemarin aku merasa bukan siapa-siapa, sekarang dengan mengerjakan sesuatu dengan tujuan yang baik justru membuat hati semakin kaya dan tidak terpengaruh dengan apa yang ada dipikiran orang lain. Keberhasilan tim kerja dalam membangun masyarakat adalah kepuasaan tersendiri yang tak bisa digantikan.

Aku bangga karena telah mengerti berbagai masalah sosial dalam kaitannya dengan urusan hukum dan hak-hak perempuan. Aku tidak pernah berhenti belajar untuk dapat membantu masyarakat sekitar, itulah arti kesuksesan bagiku.
(Melda)