Monday, November 5, 2007

Say It Out Loud November 2007

Topik: Pernah dikira Cowok?

Perempuan yang mengenakan gaya busana dan berpenampilan maskulin terkadang mengecoh banyak orang. Mereka dikira lelaki, bukan perempuan. Peristiwa ini bisa menjadi peristiwa yang menggelikan, menyenangkan, maupun menyebalkan. Pernah mengalami peristiwa itu? Bagi-bagi ceritanya!

Deadline: 30 November 2007


Di taksi dalam perjalanan pulang dari bandara, aku terjebak macet. Seorang anak kecil gelandangan berdiri di samping jendela, menempelkan wajahnya, dan mulai memohon-mohon agar diberi recehan.
"Oom, kasihan, Oom. Buat makan, Oom."
Oom? Aku melotot! Sialan. Rencananya mau kasih uang, jadi kehilangan mood. Supir taksi tertawa terbahak sampai lampu lalu lintas yang bikin macet berubah menjadi warna hijau.
(lonely stone)

Aku menjemput Tante dari acara arisan ibu-ibu. Karena Tante belum kelar, beliau menyuruhku masuk ke rumah temannya dan menunggu sejenak. Saat Tante sibuk di dalam rumah, ada seorang bapak-bapak sedang mengepak barang-barangnya di dapur. Oh, rupanya selain arisan, ada juga acara presentasi perlengkapan memasak. Secara aku iseng, aku bertanya, "Itu buat apa, Pak?" Ditanya seperti itu, si Bapak langsung bersemangat tinggi. Dia mengeluarkan barang besar yang tampaknya seperti blender. Dia mencolok ke listrik dan langsung mencerocos tanpa sempat dipotong, "Gini, Mas, mesin ini sangat fungsional. Bisa digunakan untuk... bla, bla, bla... Nah, Mas kalau pencet tombol yang ini, Mas bisa lihat mesin ini... bla, bla, bla... Mas suka jus wortel tidak?" Dia mendongak. Aku buru-buru mengangguk, keasyikan dengan penjelasannya. "Kalau begitu, Mas tinggal masukin potongan wortel lalu... bla, bla, bla...."
Hihihihihihi.... Waktu pulang, aku nggak bisa nahan senyum saat Tante bertanya dengan heran, apa yang aku obrolkan dengan si Bapak penjual blender.
(Blue)

Saya pergi ke mal, iseng jalan-jalan sama pacar saya. Kami masuk ke toko baju, tertarik dengan aneka kaos yang gambarnya lucu-lucu. Kebetulan diskon pula! Saya menemukan kaos yang tulisannya keren banget: "I'm with Her", dengan jari yang menunjuk ke kanan. Saya bilang saya mau beli kaos itu, dipakai buat acara ke kampus. Pacar saya nggak berani membeli kaos yang sama. Ketika saya hendak membayar di kasir, tiba-tiba SPG-nya melirik-lirik ke saya dan senyum-senyum kepada pacar saya, berkata, "Mbak, kaos ini ada pasangannya loh. Diskon kalau beli sepasang!" sambil menunjukkan kaos berwarna sama dengan tulisan "I'm with Him." dan jari yang menunjuk ke kiri - kebetulan, persis ke arahku. Gubraakkksss!!!
(JR)

Waktu kuliah dulu, saya sering bantu-bantu teman jualan di kaki lima Malioboro. Karena tempatnya kecil, saya memilih duduk di pojok depan biar mudah melayani pembeli. Mungkin karena postur tubuh, wajah dan gaya duduk saya yang mirip cowok, ada aja calon pembeli yang memanggil saya dengan sebutan Mas. Awalnya saya langsung meralat dan bilang, "Mbak..., bukan Mas." Tetapi pembeli jadi malu dan meninggalkan saya sebelum saya sempat berkata-kata lagi. Lama-kelamaan saya sudah bisa bersikap lebih tenang. Kalo ada calon pembeli yang memanggil saya dengan sebutan Mas, saya cuma tersenyum sebelum bersuara, biasanya mereka ngerti, panggilannya langsung berubah, apesnya bukan jadi Mbak, tapi Ibu....
(Shany)

Waktu itu aku pergi makan malam bersama empat sahabat lesbianku. Komposisi kami adalah dua femme, dua andro, dan satu butch. Berhubung kami pergi ke restoran yang berada di pinggir laut, tentu saja kami ingin mendapat tempat duduk yang asyik. Tapi karena agak terlambat, meja yang strategis telah diisi oleh orang lain. Kami mendapat meja di tengah. Sementara temanku sedang sibuk memilih ikan dan aneka menu laut lainnya, aku sibuk bernegoisasi agar mendapat meja yang lebih oke. Ketika berhasil mendapatkan meja itu, aku mengajak seorang sahabatku untuk menjaga tempat tersebut sehingga tidak direbut oleh orang lain. Aku meminta agar si pelayan memberitahu ketiga sahabatku yang sedang berada di mejanya masing-masing.
"Tahu nggak, Mas, yang mana?" tanyaku
"Tahu!" kata Mas mengangguk yakin. "Yang dua ibu-ibu dan satu bapak-bapak kan?"
"Nggak!" kataku belum sadar. "Tiga ibu-ibu kok."
"Ada satu bapak-bapak!" seru Mas nggak mau kalah. "Yang itu kan??!"
Teman sebelahku sudah tertawa terkikik-kikik.
"Iya, yang itu! Tapi nggak ada bapaknya!" Aku melongo.
"Ada!" Mas itu tetap ngotot.
Tiga detik yang hening. Aku menyerah. Sambil menahan nyengir, aku berkata, "Ya, Mas, benar, kok! Ada satu bapak-bapak!"
Setelah Mas itu pergi, kami berdua tertawa sampai nyaris pingsan.
(Lakhsmi)

Sudah bukan hal yang baru dalam hidup saya jika saya sering disangka cowok, tapi di antara berkali-kali salah perkiraan itu ada salah satu kejadian yang akan membuat teman-teman saya terbahak-bahak jika saya menceritakannya.
Siang itu saya dan salah satu sahabat saya sedang hang out di salah satu mal, sedang asik mengobrol di cafe, tiba-tiba saya merasa kalau saya membutuhkan toilet, maka saya dan sahabat saya segera beranjak menuju toilet di lantai 2. Waktu masuk ke toilet perasaan saya memang udah sedikit janggal, pasalnya penjaga toiletnya ngeliatin saya dengan aneh tapi saya dengan cueknya berlalu di depannya. Begitu saya sudah masuk ke dalam toilet, baru saja saya mau membuka kancing celana ketika tiba-tiba pintu toilet digedor-gedor dan saya mendengar suara sedikit keras, "Mas... Mas... ini toilet cewek, bukan cowok! Toilet cowok ada di sebelah!!!" Dengan sedikit menahan emosi saya langsung membuka pintu dan melototi penjaga itu sambil berkata "Saya cewek, Mbak!!!" Penjaga itu hanya melongo menatap saya ketika saya menutup pintu toilet itu kembali. Sahabat saya yang dari tadi berdiri depan pintu terheran-heran. Satu menit kemudian dia baru sadar apa yang terjadi dan terus menertawakan saya hampir selama kurang lebih satu jam selanjutnya.
(Senko)

Biasanya kalau naik motor, saya selalu berseragam "lengkap". Helm, kacamata, saputangan, dan jaket. Dan gara-gara helmku yang kata orang seperti "tukang ojek banget", aku sering dilambai-lambai oleh calon pengguna ojek di jalan. Tapi kejadian paling lucu ketika saya keluar parkir di sebuah mal. Saat saya menyerahkan karcis ke petugas parkir, si petugas yang sok ramah bilang begini, "Saya pikir tadi cewek, Mas." Saya nggak sadar selama semenit dengan ucapannya barusan... tapi setelah berada di luar parkiran, saya bertanya dalam hati dengan kesal, "Maksud looo?"
(Alex)

Di telepon! Ya benar, sering kali di telepon aku dipanggil bapak, atau abang. Aih, mak, nih gara-gara suara bass anugerah Tuhan yang sering dikira suaranya bapak-bapak. Kalo kebetulan orang yang aku kenal tapi tidak mengenal suaraku di telepon, jadilah dia bakal kena makianku. Hehehehhehe, tapi kalo baru kenal, aku terusin aja jadi bapak-bapak sekalian ditelepon. Paling sering tuh kalo pas aku nelepon call center, maka dilanjutkanlah pembicaraan yang buat aku terpingkal-pingkal setelah selesai.
“Maaf, dengan bapak siapa saya berbicara?” katanya.
“Dengan Bapak Arie,” aku jawab dengan kesal dan ketus!
“Bisa dilanjutkan dengan nomor handphone-nya, Pak???”
Hahahahahahah, disangka bapak-bapak jadi membuatku ketagihan digodain mbak-mbak call centernya... Sekalian aja udah terlanjur basah, pikirku....
(-Arie-)

Kejadiannya di bandara. Pas menunggu, aku pergi ke toilet. Biasa, kalau jalan langkahku kan panjang-panjang gitu. Mengayun ala maskulin. Pas aku ngeloyor masuk ke toilet cewek, tiba-tiba terdengar teriakan keras, "Mas, Mas, Mas, sini Mas, sini Mas!" Wah, jadi emosi juga nih! Aku menoleh ke abang itu, lalu berteriak kesal, "Cewek!!" dengan tampang galak. Ngapain juga si abang panik gitu... padahal cewek-cewek yg di dalam toilet aja malah senyum-senyum manis menyambutku masuk.
(mellow_rhythm)