Saturday, December 6, 2008

Topik: My Beloved Mother

Say It Out Loud December 2008

Ibu... ingat kenangan purba itu, saat duduk di pangkuannya? Ingat bau tubuhnya, saat kulit berlekatan dengan kulitnya? Ingat rasa aman itu, saat berdekatan dengan hatinya? Mari kita rayakan hari ibu dengan sukacita! Walau ibu kita masih tertatih-tatih dan tergagap-gagap untuk mengerti rasa dan makna mencintai sesama perempuan, kita maafkan kelemahannya itu. Sebab hanya dengan keikhlasan, jalan hidup kita akan lebih lapang terbentang; doa ibu akan selalu bersama kita. Siapa yang mencintai ibunya, coretkan syair dan puisi cintamu di sini; mari berbagi cinta bersama-sama! Semoga kita dilindungi oleh cinta para ibu dari seluruh dunia!

Deadline: 31 Desember 2008

Kirimkan ke jejak_artemis@yahoo.co.id dan alex58id@yahoo.com

Sebagai anak sulung di keluarga, aku adalah anak yang bisa dibilang dekat dengan ibuku. Kedekatan ini terjadi karena sifat, perilaku, dan pembawaan keseharian ayah yang tidak bersahabat dengan kami, anak dan istrinya. Setiap kali ayah memarahi ibu dengan alasan yang tidak saya mengerti (untuk ukuran anak kecil pada waktu itu), air mata saya jatuh berhamburan. Sejak itu selalu timbul gejolak amarah yg hanya bisa saya pendam di dada; amarah terhadap kekejian dan kekejaman perilaku ayah kepada ibu.

Tetapi, ibu memang segalanya buat saya! Dia tetap tegar dengan semua cobaan dan ujian yang diterima. Ibu jalani semuanya; kepahitan dijadikan pegangan hidupnya. Semua itu dilakukannya karena dia tidak ingin ayah pergi dari rumah dan membawa serta saya dan adik-adik saya. Ibu telah berkorban banyak untuk kami. Selama ayah masih hidup, saya dan adik-adik diharuskan bersikap sempurna agar tidak ada alasan untuk ayah marah marah dan melemparkan kesalahannya kepada ibu.

Sangat berat memang menjalani semua kenyataan ini. Tapi semuanya sudah kami lewati. Hanya satu yang belum saya lakukan yaitu memberitahu ibu tentang preferensi seksual saya. Mungkin suatu hari nanti. Yang saya inginkan adalah menyampaikan kepada ibu bahwa saya akan baik-baik saja menjalani hidup di hari tua dengan kenyataan bahwa saya lesbian. Bunda, I can manage myself, please, trust me. I love you very much, Mom.
(Ranni)

Mama, aku selalu mencintaimu. Tidak ada kata lain. Maafkan kalau aku seringkali menyakiti hatimu. You are the best woman in the whole wide world. Bahkan pasanganku takkan dapat menyaingi kehebatan dirimu yang luar biasa. Aku tidak akan menikah seperti kataku padamu, tapi aku akan selalu berada di sebelahmu, mengurusmu jika kau sakit, dan mendampingimu sampai kau tua. Kalau Allah mengambilmu duluan, Insyallah aku akan menjadi orang terakhir yang kau lihat sebelum menutup mata. Yakinkan itu.
(Red Tomato)

Waktu kecil sebenarnya aku lebih dekat ke Papi daripada Mami. Tapi waktu aku ada masalah, ternyata mamiku yang lebih tabah menemaniku menyelesaikan masalah daripada Papi. Itulah ibu, dalam kondisi apa pun beliau yang akan lebih tabah menerima kondisi anak-anaknya daripada orang lain. Termasuk ketika beliau mulai sadar aku lesbian, beliau tidak marah, dan sama sekali tidak men-judge aku. Beliau hanya memberi satu nasihat: “Grey, kalau kamu memang tidak mau menikah, jangan memaksakan diri.”

Tapi yang pasti dengan penerimaan beliau, aku lebih tenang dalam menjalani hidupku. Oh yah satu lagi, sejak aku tahu beliau satu-satunya orang yang bisa aku percaya, sosok Mami menjadi segalanya buat aku.
(Grey)

No comments: