Deadline: 31 Juli 2008
Kirimkan pengalaman kamu ke alex58id@yahoo.com dan jejak_artemis@yahoo.co.id
Berawal dari keinginan membantu sahabat yang ingin menelpon kakaknya –sebut saja Po, akhirnya aku membantunya dengan memanfaatkan fitur conference di HP-ku. Mungkin memang aku butuh teman ngobrol dan dia yang butuh orang yang menanggapi, jadilah kami kebablasan mengobrol di telepon bahkan saat sahabatku sudah menutup teleponnya. Acara teleponan berlanjut sms tiap hari. Setelah seminggu, kami memutuskan untuk bertemu di sebuah mal di Jakarta.
Sepulang kursus musik, aku langsung menuju mal itu. Sesampainya di sana, aku celingak celinguk. Kenapa nggak ada orang yang berciri-ciri seperti dia ya? Aku bingung setengah mati, malah kebelet pipis. Akhirnya aku duduk menunggu di tempat janjian. Lalu HP-ku berdering. Segera saja kuangkat, ternyata dari Po . Dia bilang dia telah lihat aku. Tanpa ba-bi-bu aku langsung berjalan mengitari daerah tempat janjian kami. Ternyata, dia memang sudah sampai. Tapi dia menunggu di lantai atas supaya bisa melihat ke bawah. Huh, rugi deh! Sudah berputar-putar tidak karuan, ternyata dia berada di atas. Pantas saja aku tidak lihat! Namun jujur, cinta memang tak dapat ditebak. Di saat nggak bermaksud mencari, malah mendapat.
(lonelittle)
Sore itu ada sebuah sms 'nyasar' berbau sms SKSD 'sok kenal sok dekat'. Karena waktu itu aku lagi patah hati,alhasil si pengirim aku jutekin. Tapi ternyata dia ga menyerah untuk mendapatkan responku. Akhirnya aku tahu kalo dia adalah sosok yang lama menghilang. Kami jadi lebih mengenal dekat lewat puluhan sms yang akhirnya memenuhi hp kami, sampai akhirnya kami putuskan untuk bertemu.Dan siang itu aku menjemputnya di rumah sahabatnya.
Di dalam taksi, aku sibuk menata hatiku membayangkan kira-kira dia seperti apa. Sampai akhirnya aku tiba di sebuah rumah kost. Aku telpon dia untuk bilang kalo aku sudah ada di depan rumah kost. Hatiku makin ga karuan ketika dari dalam taksi, aku melihat sosok gadis manis keluar. Hm ini pasti Lia-ku, sosok yang mulai merebut hatiku, batinku mulai menebak-nebak.Ya walau tidak sama persis dengan yang aku bayangkan.Tapi manis juga, batinku waktu itu. Hm di belakang gadis itu, ada gadis lain dengan pakaian yang seksi, dia sangat cantik. Oh pasti dia teman Lia, batinku. Tapi... upsss... Tiba-tiba jantungku berdegup kencang ketika justru yang kukira teman Lia itu malah berjalan menuju taksi yang aku tumpangi. Aku baru sadar kalo aku salah mengira kalo teman Lia itu adalah Lia. Jadi ini Lia? desisku. Antara kaget, deg-degan dan bahagia, aku sempat tak percaya. Ya Tuhan, apa Engkau nggak salah kirim? Gadis cantik itu Lia? Hatiku bersorak hore :)
Akhirnya setelah bersay hello, kami memutuskan untuk pergi ke sebuah mal. Dan itulah awal dari kebersamaan kami.Ya walopun sekarang semuanya sudah berlalu.Untuk Lia : dimanapun kamu dan apapun yang pernah terjadi, kamu selalu punya tempat di hatiku. Thanks for everything. Miss you and may Good bless you...
(dipi deep)
Setelah ngobrol di YM berhari-hari, akhirnya aku bersama dia (namanya Sandy) memutuskan bertemu. Aku bertanya apakah dia keberatan kalau aku membawa pacar. Dia menjawab tidak keberatan.
Pada hari yang ditentukan, kami bertemu. Aku menjadi grogi karena Sandy nggak berhenti-henti menatap pacarku. Setelah kami pulang ke rumah masing-masing, aku di-YM oleh Sandy. Dia bertanya, "Itu benar-benar pacarmu?"
"Ya iyalah, itu pacarku."
"Dia benar-benar lesbian?"
"Emangnya kenapa?"
"Nggak kelihatan seperti lesbian."
"Seperti apa yang kayak lesbian?"
"Nggak tau. Kayak lesbian palsu."
Aku memberikan emotikon tertawa terguling-guling di YM. Akhirnya Sandy menjelaskan mengapa dia tak memercayai pacarku itu seorang lesbian. Itu karena pacarku mengenakan jilbab!
"Pake jilbab ya bukan berarti dia hetero, tau."
Sandy baru sadar, dia akhirnya kasih emotikon tertawa terguling-guling juga!
(Yan)
Terik. Jam setengah 12 siang. MIRC, room Lesbian. Hmm, tidak ada yang menarik. Kursor perlahan bergerak menuju tombol disconnect. Tiba-tiba, sebuah pop-up window muncul menutupi tombol keramat itu dan mengurungkan niatku.
[11:30]
[11:30]
[11:30]
[11:31]
[11:31]
[11:32]
[11:32]
[11:32]
[11:32]
[11:33]
[11:33] *solitude has quit MIRC
Sebuah hubungan pun dimulai. Ratusan sms. Puluhan telpon. Hingga belasan pesan di YM dan FS. Suatu malam, sebuah sms kukirim.
To: Athali
Kalau baca sms ini, kamu suka aku.
Kalau dibalas, kamu sayang aku.
Kalau dihapus, kamu milik aku.
Pilih mana?
Sms iseng itu berujung seneng. Wow! Kenal lewat internet, ngobrol lewat telpon, nembak lewat sms. And now? Jadian!
Hari Sabtu itu, aku menyusuri tol Cipularang. Berbekal foto dari FS, kami janjian di depan Gedung Sate. Sebuah mobil berhenti di depanku, jendelanya dibuka. Seorang perempuan, masih dengan seragam kampusnya, dengan rok yang begitu pendeknya hingga membuatku melek. Aku masuk. Sebuah kecupan mendarat di pipi, ia berbisik pelan di telingaku. “Hai, pacar…”. Ternyata, namanya Maya. Ini baru namanya benar-benar cinta Maya.
(MituMitu)
Setelah perkenalan dan saling melihat profile di Friendster, kami memutuskan untuk jadian beberapa bulan kemudian.Lucunya kami belum pernah bertemu face to face, hanya mengandalkan foto dari Friendster, dan rasanya klasik juga. Banyak pasangan yang jadian berkat Friendster. God bless FS creators!
Karena pertemuan ini sungguh berarti buat saya, beberapa bulan sebelumnya saya bertekad memperbaiki penampilan, dari bounding hingga pasang behel. Meski sakitnya minta ampun, saya jalani dengan penuh semangat. Alhasil berat badan pun turun hingga 8 kilo dan itu cukup membantu penampilan. Saya, tadinya sungguh macho, dan mempunyai mantan femme, tiba tiba berubah menjadi femme:) Polesan di wajah yang hanya setahun sekali dipakai sudah saya siapkan baik baik untuk pertemuan nanti.
Sehari sebelum bertemu, saya sangat gelisah. Ketakutan pun melanda. Bagaimana kalau saya tidak semenarik yang ia bayangkan atau bagaimana kalau penampilan saya mengecewakan? Setiba di bandara, dia tidak mengenali penampilan saya yang sudah turun 8 kilo!
Sementara saya sungguh kaget karena dia jauh dari yang saya bayangkan. Kulitnya sangat bersih (di Friendster tampak legam... maaf, Sayang :) ) serta wajah innocent-nya membuat saya tersenyum tiap kali mengingat. Saya tidak akan pernah lupa doa saya saat pertama kali melihat ia, "Tuhan terima kasih, akhirnya saya boleh punya pacar lagi setelah 7 bulan menutup hati."
Tiap kali mengingat pertemuan itu, kekasih selalu protes karena dandanan saya yang sudah back to the nature. Saya jarang dandan, jarang memakai rok, lihai saat mengendarai sepeda motor, malah dia yang pandai membuat masakan untuk saya, bahkan tiap kali saya hendak pulang dia lah yang mem- packing baju baju saya. Untuk urusan belanja pun, saya serahkan pada dia.
Bagaimana pun saya, bagaimanapun ia, kami dapat saling menerima.
(Adey)