Topik: Jatuh Cinta Pertama Kali
Setiap perempuan mempunyai saat yang berbeda-beda ketika menyadari dirinya seorang lesbian. Mungkin saat jatuh cinta pertama kali semasa abege. Mungkin pada saat usia sudah lewat seperempat abad dan menyadari diri kita jatuh cinta pada sesama perempuan. Kapan dan bagaimana terjadinya peristiwa itu? Yuk berbagi cerita...
Berikut ini tanggapan atas topik Juni 2007.
(Arie)
Buat semuanya, terima kasih telah mengirim tulisan untuk Say It Out Loud. Jika ada usulan topik, silakan kirim e-mail ke redaksi. Sekali lagi, terima kasih! :)
Setiap perempuan mempunyai saat yang berbeda-beda ketika menyadari dirinya seorang lesbian. Mungkin saat jatuh cinta pertama kali semasa abege. Mungkin pada saat usia sudah lewat seperempat abad dan menyadari diri kita jatuh cinta pada sesama perempuan. Kapan dan bagaimana terjadinya peristiwa itu? Yuk berbagi cerita...
Berikut ini tanggapan atas topik Juni 2007.
(Al)
Sejak SD sebenarnya aku sudah merasa ada yang aneh pada diriku, tapi tidak begitu kupedulikan. Aku mulai merasa menyukai sesama cewek teman sekelasku sejak SMP. Kebetulan dia duduk dekat pintu masuk di depan dan aku di sisi kiri. Diam-diam aku mengaguminya, tapi entah mengapa anak itu tiba-tiba saja harus pindah ke sekolah lain. Itu ternyata bukan akhir perasaanku, kami masih terus berteman melalui surat, di waktu luang aku pun berusaha ke rumahnya meski agak jauh dari rumahku. Rasa ini tumbuh terus sampai lima tahun, namun hanya sebatas rasa suka, dan berhenti ketika ia memutuskan akan menikah..., aih pupuslah sudah harapan. Sejak saat itu kuputuskan untuk tidak bertemu lagi dengannya.
Setelah dia aku suka dengan seorang teman lain, ia bersuku Tionghoa, sayangnya anak ini merasa kalau aku lesbian jadi menjauhi pelan-pelan, duh kecian aku. Saat kuliah aku nggak minat sama cewek mana pun, saat itu aku serius belajar dan melampiaskan semuanya ke pelajaran. Ketika baru lulus kuliah dan punya line internet di rumah aku browsing, kenal dengan beberapa perempuan coba melakukan pendekatan tapi nggak cocok, sampai akhirnya nggak sengaja ketemu kekasihku yang sekarang. Dia cinta pertama secara jiwa raga, dan Insya Allah akan menjadi cinta yang terakhir.
(Rain)
Perasaan aneh ini mulai muncul ketika masih duduk di kelas empat SD. Naksir berat dengan teman sekelas kakakku, yang rumahnya bertetangga dengan kami. Berambut pendek, andro, aku mengagumi sosoknya yang seakan bisa melakukan apa saja. Juara lomba lari di sekolah, dan bisa bermain dengan siapa saja laki-laki maupun perempuan. Ketika pertama kali menonton acara lomba 17 Agustus, aku sudah sangat menyukainya. Dengan konyol kukirimi ia surat kukatakan aku suka dia, karena dia manis dan jagoan. Ternyata tulisan surat itu menjadi bulan-bulanan adiknya yang sekelas denganku. Dia bilang tulisanku bagai tumpukan cacing berbaris, hahaha. Bodo ah, yang penting aku suka kakaknya.
Perasaan terus menguat sampai aku kelas II SMP, seorang teman sekelas kerap mengirimiku surat, mengajakku untuk belajar di rumahnya. Sejalan dengan waktu kami pun belajar dari alam bagaimana mencintai selama lima tahun hingga kami tamat SMA. Ciuman pertamaku berasal dari dia, suatu malam ketika aku menginap di rumahnya dengan alasan belajar, ia mencium setengah bibirku. Beugh, rasanya dashyat! Namun aku tidak suka mengingat cinta di usia muda ini, naif dan banyak cobaan. Buku hariannya ketahuan ibunya, teman yang sudah curiga kami selalu berdua, hingga akhirnya dia meninggalkan aku berpacaran dengan teman sebangku SMA yang ternyata juga L. Kata orang cinta pertama itu indah menurutku cinta yang terbaik itu cinta yang terakhir.
Menjadi seorang perempuan yang menyukai perempuan buatku tidak terjadi semalam. Aku suka sekali melihat dua perempuan bercumbu, sekedar saling tatap atau berpegangan tangan. Dipicu oleh rasa penasaran terhadap cinta sesama jenis ini, aku mengawali pencarian di internet tentang berbagai komunitas lesbian. Bersosialisasi langsung dengan perempuan yang sudah menyadari dirinya lesbian, berkenalan, tukar pengalaman hingga suatu saat menjalin hubungan yang serius. Aku jatuh cinta, merasa nyaman, cinta itu tumbuh, membuat goncangan-goncangan hebat di hati.
Kemudian menyadari banyak hal dan menelusuri masa mudaku. Ternyata cuplikan-cuplikan rasa sukaku terhadap teman-teman perempuanku lumayan banyak. Awalnya aku kira cuma rasa kagum, tapi mungkin lebih dari itu. Mulai dari si pengibar bendera, teman sekelasku yang cantik, berbadan langsing dan tegap itu. Setiap aku di dekatnya, dadaku berdegup kencang, aku sampai menurunkan pandangan karena tidak kuat untuk menatap dirinya. Ada beberapa teman sekolah yang teringat olehku, cantik, kelembutannya membuatku terpesona. Aku pun tanpa sadar bermimpi menikahi seorang perempuan, padahal aku belum tahu apa lesbian itu. Ternyata, pada akhirnya dengan pergulatan batin hingga sekarang, aku memang perempuan yang mencintai perempuan.(Chubby-Gal)
Diri ini hampir sepenuhnya memahami dan mengerti indahnya makna cinta saat pencapaian kedewasaan di usia mendekati seperempat abad. Ketika wajah bersemu kemerahan curi-curi memandang dia dari kejauhan adalah saat berseminya cinta di kampus ceria seindah bunga sakura. Ketika jiwa penuh pergolakan mencari makna pikiran yang melanglang mabuk kepayang setiap melihat keindahan perempuan adalah saat bingung menentukan arah gejolak remaja yang berontak dan menolak untuk dibendung. Ketika main kawin-kawinan, tertawa berdua bersama sahabat kecil adalah saat aku menyadari ada perasaan berbeda yang sama sekali belum mampu kucerna saat itu dan kuputuskan membiarkannya tumbuh subur di ruang hatiku sampai dia layu pada waktunya, sampai dia bosan dan bersedia menginjakkan kaki untuk menjauh dari ruang itu selama-lamanya. Tetapi…aku takut….bila benar masa itu akan tiba.
(Arie)
Buat semuanya, terima kasih telah mengirim tulisan untuk Say It Out Loud. Jika ada usulan topik, silakan kirim e-mail ke redaksi. Sekali lagi, terima kasih! :)
No comments:
Post a Comment