Topik: Kepergok?? Idih malunya!
Siapa yang kepengin kepergok ketika sedang bersama kekasih? Sudah hati-hati dan waspada, tapi masih aja ketahuan. Pasti memalukan, shocking, menegangkan, bahkan mungkin menggelikan. Bagi-bagi ceritanya ya!
Deadline: 31 Desember 2007
Aku punya pengalaman yang tiap kali aku mengingatnya selalu menimbulkan rasa greget malu dalam hati. Waktu itu, aku pengin 'nembak' cewek yang kutaksir habis-habisan. Aku mengajaknya makan malam romantis di hotel. Ternyata, mulutku kelu selama acara makan itu, nggak mampu mengatakan apapun tentang kelanjutan hubungan kami. Halah! Makan malam yang sia-sia. Jantungku berdetak terlalu kencang, kaki lemas, dan bibir kering. Sampai bill dibayar, tetap saja tidak ada percakapan yang kuinginkan terjadi.
Si dia bilang dia mau ke kamar mandi, pipis. Aku mengikutinya. Kamar mandi di lounge hotel ternyata sepi, tidak ada siapa-siapa. Sambil menunggu di depan pintu kubikel WC tempat si dia pipis, aku membulatkan tekad. Waktu dia muncul di depanku, kusambar dia cepat-cepat lalu kucium dia.
Ciumanku dibalas! Hore, dengan gembira, kuteruskan ciuman kami. Lama-lama makin hot. Aku nggak tau berapa lama kami berciuman sampai tiba-tiba terdengar suara gedombreng! Kami melompat terkejut dan menoleh. Di samping kami ternyata berdiri dua cewek petugas kebersihan kamar mandi. Yang bersuara ribut itu ternyata tongkat pel mereka yang terjatuh. Entah udah berapa lama mereka ngeliatin kami berciuman dan saling meraba-raba dengan ganas.
Tanpa ba-bi-bu, si dia menyambar tanganku, berjalan cepat melewati mereka berdua yang masih terpaku berdiri, lalu ngibrit keluar. Pontang-panting berlari menuju tempat parkir. Jantungku berdetak begitu cepat sampai-sampai kupikir aku kena serangan jantung dan bakal mati saat itu juga. Hihihi. Sumpah deh, sejak saat itu, aku kapok berciuman di tempat umum!
(Colleen)
Di awal-awal tahun kami pacaran, saat asmara masih membara, hampir disetiap kesempatan dan tempat ketika kami bertemu, kami sering banget mencari celah untuk bermesraan. Selain beberapa kali sengaja banget ke Ancol dan ke Hotel, bioskop juga jadi salah satu tempat favorit kami saat itu.
Suatu malam di salah satu bioskop daerah Jakarta Pusat. Seperti biasa kami memesan bangku paling pojok, A1 – A2. Ketika film dimulai, lampu mulai dimatikan... Perlahan tapi pasti kami mulai terbawa suasana, dari pegangan tangan, ciuman sampai adegan saling meraba, semakin lama perasaan dan keinginan semakin susah dikontrol. Kebetulan saat itu beberapa bangku disamping kami sedang kosong.
Saat sedang lupa daratan, tiba2 entah dari arah mana, ada suara laki-laki.. “ehmm ehmmm- asik ya” diselingi iringin tawa beberapa kali. Refleks aku mencari arah suara itu, tapi kekasih tak juga berhenti ia malah semakin asik melanjutkan ciumannya yg sudah menjalar kemana2. Suara laki-laki itu belum juga hilang, malah semakin terdengar. Perasaanku mulai was-was, kekasih mulai sadar mendengar, dan kami mulai mencari dimana arah suara itu. Tiba-tiba dari arah arah atas belakang (ruangan film) menyembul kepala orang, sedang asik menenggok kebawah melihat kami. Aku tersentak kaget, panik bukan kepalang, langsung merapikan bra dan seluruh bajuku yang sudah setengah terangkat.
Setelah menenangkan hati beberapa saat, aku berbisik pada kekasih menyusun strategi untuk keluar dari bioskop dengan aman tanpa melihat orang yang telah mengintip itu. Keluar ruangan kami langsung jalan cepat. Konyolnya saat kami berjalan, terdengar langkah orang keluar dari ruangan atas, berjalan cepat mengejar kami. Dia sempat memanggil. Tanpa pikir panjang aku menarik kekasih untuk langsung berlari menuju mobil. Aku langsung menyalakan starter mobil... bruurrrr! Langsung kabur cepat - cepat.. Ahh lega rasanya keluar dari sana.
Di mobil kami diam seribu bahasa, kami pun sepakat untuk tidak membahasnya lagi. Malu, was-was, takut, trauma, tapi pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. Sejak kejadian itu, kami sempat puasa beberapa bulan ngak ingin ke bioskop, dan sampai sekarang kami juga tidak pernah mau menginjakan kaki ke sana lagi.
(Garfield)
Hari itu aku yg jemput si dia untuk nemanin nyari VCD. Menit pertama perjalanan kami sampe di depan mall, dia masih anteng. Saat aku celingukkan nyari parkir kosong dan teduh, tahu-tahu tangan si dia sudah di dalam kaos poloku; pelan tapi pasti tangannya meraba-raba dengan seru. Secepat kilat aku arahkan mobil ke parkiran basemen; yang kupikir tempat paling sepi. Setelah parkir seadanya, aku yang sudah kalap langsung nerjang si dia.
Prittttt!!!!! Pritttttt!!!! Pritttt!!!!!!!!
Samar-samar kudengar suara sempritan dan suara kaca mobil digedor-gedor. Aku turunkan kaca mobilku dengan setengah tak sadar. Tampak seseorang berdiri dengan muka yang galak, tangan di pinggang, dan 2 mata yag melotot tot tot, berseragam ala sekuriti dgn sempritan terkalung di lehernya.
"Hei Bung, kalo mau mesum jgn di sini! Ini tempat umum!"
Tangan si dia menjulur memberikan uang seratus ribu sambil berkata "Maaf Pak, maklum namanya juga lagi kasmaran. Mengertilah, Pak!"
Tanpa ba bi bu dengan lutut yg masih lemes aku injak pedal gas meninggalkan basemen secepatnya. Setelah jauh, aku parkir mobil di pinggir jalan. Kami pun ribut saling menyalahkan, tapi ujung-ujungnya kami tertawa terbahak-bahak, apalagi memutar ulang adegan saat si sekuriti memanggilku dengan sebutan"bung". Jerengkah dia?! Hahahaha...
(Sagita Rius)
Suatu malam aku dan kekasih memaksakan diri bertemu di tengah waktuku bekerja. Karena namanya juga mencuri waktu, yah kami tidak bisa pergi jauh dari kantorku. Kami menikmati city lights dari sebuah kompleks stadion di Jakarta Selatan.
Tiba-tiba aku dan kekasih terbawa perasaan dan mulai praktek "mobil bergoyang". Tiba-tiba seorang polisi mengetuk jendela mobil. Kami segera sadar!! Dengan panik kami memakai baju seadanya, lalu terburu-buru membuka pintu mobil untuk menyilakan tamu tak diundang tersebut masuk. Aku bahkan tak mengenakan bra saat itu!
Kami beruntung bapak polisi itu (sebut saja Pak Dino) tergolong baik. Ia tidak kasar walau masih melontarkan kata-kata menyakitkan seperti "Kalian berdua cantik-cantik tapi kok sakit, memang dulu punya pengalaman apa sampai bisa begini?" Yah, komentar-komentar yang bikin kuatir dan menimbulkan rasa nyeri di hati. Ia sedikit mengancam akan membawa kami ke kantor polisi.
Kekasih pun membujuk Pak Dino untuk melupakan kejadian tersebut dengan menawarkan sejumlah uang. Pak Dino tak keberatan dengan angka yang disebut kekasih. Kami pun bebas! Selama tujuh hari selanjutnya kami berdebar-debar membayangkan serombongan polisi akan menggerebek rumah kami dan mengumumkan kepada seluruh keluarga. Tapi untunglah hingga saat ini tak ada polisi yang mengontak kami lagi. Fiuh...
(Robyn)
Sunday, December 9, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment