Tuesday, March 11, 2008

Topik: Cerita Gembira Hidup sebagai Lesbian

Say It Out Loud Maret 2008

Pernah merasa sangat gembira? Bangga sebagai lesbian? Tentu saja pernah! Cerita yang riang dan ceria memberikan senyum dan tawa lepas. Mari, bagi-bagi ceritanya yang secerah matahari pagi, memberikan gelora semangat buat teman-teman. A happy person is not a person in a certain set of circumstances, but rather a person with a certain set of attitude.

Deadline: 31 Maret 2008

Begini loh caranya, agar bisa merasakan kesadaran diri dalam hidup bahagia sebagai lesbian. Kalau kita lagi senang, atau gembira, cobalah mengingatkan diri bahwa "I am lesbian and look at me, I am happy now". Lakukan ucapan itu untuk hal-hal kecil yang tampaknya remeh tapi di detik hatimu sedang riang gembira. Misalnya aku nih, aku tuh senang beraktifitas sosial bagi kegiatan gereja. Jadi setiap saat aku sedang melakukan tugas pelayanan sosial dalam bentuk (misalnya) berkunjung ke panti asuhan, hatiku selalu bersemangat. Nah, saat itu aku selalu mengingatkan diriku, "Aku gembira karena aku berguna, dan hey, aku lesbian". Sumpah, ucapan itu adalah mantra tokcer yang bisa menyihir kamu untuk menjadi semakin pe-de hidup sebagai lesbian!
(Lakhsmi)

Menyadari diri lesbian mengejutkan diri ini. Setelah bertahun-tahun berjuang dalam diri, akhirnya saya menemukan kedamaian. Dengan kesadaran, pasrah dan eling, saya akhirnya bisa merasakan kegembiraan hidup sebagai lesbian. Saya mencari teman yang senasib, nggak usah banyak-banyak karena diri nggak butuh teman seabrek-abrek, hanya secukupnya saja. Secukupnya yang bisa membuat kami semua akrab dan dekat satu sama lain, saling membantu, dan saling mendukung. Saya lulus kuliah, bekerja, menopang hidup tanpa menggerogoti orang lain, independen, mempunyai mentalitas nggak mau merepotkan keluarga maupun teman. Akhirnya inilah saya, lesbian yang nggak malu-maluin, mempunyai tempat di dunia karir, berusaha keras berkarya di dunia sosial, dan menjadi manusia yang bertakwa, beriman kepada Tuhan yang mahaesa.
(Beetle)

Yang bikin aku bangga sebenarnya pas aku lulus S2 di Tokyo. Orangtuaku datang, pacarku mendampingi. Walaupun aku nggak pernah ngaku ke orangtua siapa dia sesungguhnya, aku bahagia banget berkumpul bersama-sama. Sejak tinggal di Jepang, jarang sekali mendapat kesempatan seperti ini. Biarpun aku dan pacar harus diam-diam bergerilya saling mencintai, aku tidak takut dengan masa depanku. Kami berdua adalah dua perempuan kuat yang mapan dan nyaman dengan satu sama lain. Dan kebahagiaan itu mencapai puncaknya saat kelulusanku. Sekarang, di ruang tamuku, ada foto orangtuaku bersama aku saat graduate dan tentu saja pacar (berempat), terbingkai dengan manis yang dengan bangga kuunjukkan kepada setiap tamu yang mengunjungi apartemen kami berdua. Itulah saksi kebahagiaanku bersama orang-orang yang kukasihi.
(Makiko Chan)

Aku bahagia dengan diriku! Hidup sebagai perempuan lesbian berusia 29 tahun, nggak merasa tekanan untuk coming out, dan keriangan paling tinggi adalah memperkenalkan kekasih dengan sobat-sobat hetero terbaikku. Nah, setelah berkali-kali membawa pacar di tengah the hetero gank, aku masih ada sedikit rasa ragu-ragu apakah teman-teman baik heteroku dapat menerima kehadiran pasanganku. Suatu malam, di suatu restoran yang padat dan penuh, kami mengambil kursi sembarangan di satu meja yang available. Tiba-tiba menyadari pacar duduk terlalu jauh dari posisiku. Aku dan pacar tidak memedulikan keadaan ini, tapi tiba-tiba sahabatku yang duduk di sebelah pacar berdiri dan berkata, "San, nih duduk di sini." Dia memberikan kursi di sebelahnya. Sambil tersenyum lebar, aku menolak, diam-diam merasakan kegembiraan yang tumbuh meraja di hati. Bagiku, tindakan sederhana seperti itu adalah bentuk penerimaan mereka atas kehadiran kekasih dan oritentasi seksualku. Aku bahagia, begitu bahagia!
(Susan)

Kebanggaan dan kebahagiaan terbesarku adalah ketika partner menggengam tanganku dan mengatakan dia hamil. Kupandangi dia lekat-lekat lalu tersenyum, dan memeluknya erat-erat. Selama sembilan bulan menemani partner ke dokter memeriksa kandungan dan melihat titik kecil di layar monitor yang makin lama membesar membuat hatiku mengembang bangga.

Kebahagiaan yang membuatku berkaca-kaca adalah ketika aku menggendong buah hati kami pada hari kedua dia dilahirkan. Dengan tangan gemetar dan hati yang membuncah gembira campur takut, kupandangi si baby dengan matanya yang sipit dan tak mau membuka. Aku mendongak, dan memandangi perempuan terkasihku yang tersenyum begitu manis. Kupikir itulah puncak bahagiaku. Ternyata aku salah. Di kemudian hari momen-momen bahagia kami begitu berlimpah. Sebagai lesbian aku sadar betul betapa bersyukurnya aku mendapat kesempatan seperti ini.
(Alex)

2 comments:

Anonymous said...

Alex, betapa bahagianya kamu. Aku selalu memandang kamu dan Lakhsmi sebagai pasangan ideal.
Seandainya suatu hari aku bisa sebahagia kalian. Best wishes and kiss for your little angels!

*PS

Anonymous said...

itu cara hamilnya gimana ya?
saya juga pengen partner saya bisa kayak gitu.. *bingung mode on